Reporter: Filemon Agung | Editor: Handoyo .
Sementara itu, Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengungkapkan, transformasi PLN dilakukan demi menjawab tantangan krisis energi dan peluang pengembangan EBT. "PLN harus berubah dari organisasi yang lambat, dari organisasi yang prosesnya kompleks menjadi organisasi yang lincah, dinamis agar tantangan ini bisa menjadi sebuah percepatan," jelas Darmawan.
Darmawan melanjutkan, Kementerian BUMN telah mengarahkan ke PLN untuk melakukan pemetaan untuk milestone dari organisasi saat ini menjadi organisasi baru. Nantinya, akan ada laporan perkembangan yang harus disampaikan ke pemerintah oleh PLN.
Selanjutnya, di akhir tahun ini akan dilakukan finalisasi untuk kepastian leader dan operasional dari holding kelistrikan ini.
Erick melanjutkan, saat ini pemerintah tengah melakukan tolok ukur atau bencmarking dengan sejumlah perusahaan besar dari beberapa negara seperti Korea Selatan, Italia dan Prancis serta Malaysia. "Dari benchmarking itu baru kita turunkan apa kebijakan kita saat (pembentukan) holding dan subholding," terang Erick.
Baca Juga: SKK Migas Targetkan 12 Proyek Migas Onstream Tahun Ini
Erick melanjutkan, dari benchmarking awal sudah dipastikan perlu ada spin off pembangkitan menjadi subholding sendiri.
Selanjutnya, subholding power plant atau pembangkitan akan bertugas untuk melakukan transisi ke EBT secara besar-besaran. Subholding ini juga punya tantangan untuk mencari opsi pendanaan lain melalui aksi korporasi.
Kemudian, untuk PLN Batubara juga bisa saja dimerger atau ditutup Adapun, untuk holding PLN akan berfokus pada lini bisnis transmisi dan untuk sementara pada sektor pemasaran.
"Jadi ada yang (subholding) pembangkit dengan segala turunannya. Ada PLN holding yang merupakan grid dan pemasaran atau services daripada itu. Ada sebuah institusi yang memang di luar kelistrikan tapi infrastrukturnya PLN punya, PLN Mobile atau Wifi itu" kata Erick.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News