Reporter: Handoyo | Editor: Asnil Amri
JAKARTA. Krisis perekonomian yang melanda negara-negara kawasan Eropa dan Amerika Serikat tampaknya bakal menggerus kinerja ekspor ikan hias nasional ke Benua Biru tersebut. Bahkan, agar permintaan di Eropa tetap stabil, eksportir ikan hias tak keberatan memberi diskon nan lumayan.
Hendra Iwan Putra, direktur perusahaan eksportir ikan hias PT Harlequin Aquatics, mengatakan, pelemahan ekonomi di Eropa memberi dampak bagi kinerja ekspor ikan. "Pasti ada pengaruh, terhadap kinerja ekspor kita," kata Hendra, Senin (18/6).
Meski tidak merinci, Hendra mengatakan bila sebelum krisis bisa mengirim hingga 1 ton ikan hias per bulan, kini hanya tinggal 500 kg saja. Bahkan, agar pasar Eropa tetap tertarik, eksportir menambah diskon penjualan hingga 20%.
Selain itu, Hendra juga mendiversifikasi pasar. Selain Eropa dan Timur Tengah, permintaan ikan hias yang juga tumbuh bagus di Brazil, meskipun relatif masih kecil.
Hendra mengakui, peningkatan ekspor ke Timur Tengah ini jadi penawar suramnya pasar ikan hias di Amerika Serikat dan Eropa. "Itulah sebabnya, banyak eksportir ikan hias yang mulai membuka jalur ke Timur Tengah," kata Hendra.
Beberapa jenis ikan yang menjadi idola di pasar Timur Tengah adalah komet, botia, dan jenis tetra. Untuk pasar Eropa, jenis yang paling populer adalah ikan tetra. Ini berbeda dengan pasar di Asia yang banyak meminati ikan arowana.
Harlequin menetapkan harga jual beragam, tergantung jenis ikan dan ukurannya. Untuk jenis botia berukuran 5 cm, misalnya, harganya US$ 0,7 per ekor. Sedangkan jenis tetra berukuran 2,2 cm dihargai US$ 0,07-US$ 0,12 per ekor. Sementara untuk arowana ukuran 15 cm sekitar US$ 7 per ekor.
Ketua Asosiasi Pecinta Koi Indonesia (APKI) dan Komisi Ikan Hias Indonesia (KIHI), Budi Wijaya menambahkan, masih banyak hal yang harus dibenahi oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan untuk meningkatkan ekspor ikan hias.
Selama ini, ungkap Budi, ekspor ke beberapa negara sepeti India harus melewati Singapura, Hong Kong ataupun Thailand. Untuk itulah, Budi berharap agar pemerintah melakukan pembicaraan dengan negara tujuan langsung ikan hias sehingga membuat harga lebih kompetitif.
Selain itu, infrastruktur pendukung yang masih belum merata menjadikan pelaku eksportir ikan hias terpusat ke Jawa. "Untuk ekspor dari sentra penghasil ikan seperti di Ambon dan Maluku, mereka harus melewati Jakarta terlebih dahulu," ujar Budi.
Mengutip data Kementrian Kelautan dan Perikanan (KKP), tahun ini menargetkan ekspor ikan hias Indonesia sebesar US$ 20 juta, atau naik 5% dibandingkan tahun sebelumnya sebesar US$ 19 juta.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News