Reporter: Dyah Megasari |
JAKARTA. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Jero Wacik menginginkan agar PT Pertamina Persero bisa mengambil alih saham di Blok Mahakam. Ia berharap Pertamina bisa mengambil sekitar 40%.
"Kalau Pertamina mampu dan punya uangnya, kami minta dia ambil 40% saja sudah bagus. Tapi kalau bisa 51%, itu lebih bagus lagi," kata Jero selepas mengikuti Rapat Kerja dengan Komisi VII DPR di Jakarta, Senin (18/2).
Jero menegaskan, langkah tersebut untuk membuktikan bahwa blok migas tersebut harus direbut oleh Indonesia. Hal ini akan menunjukkan rasa nasionalisme bangsa sebagai pemilik salah satu blok migas terbesar di Indonesia tersebut. Sebab, kontrak bagi hasil blok Mahakam ditandatangani tahun 1967, kemudian diperpanjang pada tahun 1997 untuk jangka waktu 20 tahun sampai 2017.
Kegiatan eksplorasi yang dilakukan pada tahun 1967 menemukan cadangan minyak dan gas bumi di Blok Mahakam pada 1972 dalam jumlah yang cukup besar. Cadangan (gabungan cadangan terbukti dan cadangan potensial atau dikenal dengan istilah 2P) awal yang ditemukan saat itu sebesar 1,68 miliar barel minyak dan gas bumi sebesar 21,2 triliun kaki kubik (TCF).
"Tapi soal angka pastinya, ini masih dirundingkan dengan pemerintah dan Pertamina sendiri. Tapi yang pasti, kami akan utamakan nasionalisme," tambahnya.
Terkait permintaan Jero untuk mengambil blok migas tersebut yang cukup besar, Pertamina bisa menggandeng pihak pemerintah daerah hingga swasta untuk bisa mengakuisisi saham Blok Mahakam tersebut.
Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) yang bekerja di Blok Mahakam saat ini yaitu Total yang berpartner dengan Inpex dengan komposisi 50%-50%, telah menginvestasikan setidaknya US$ 27 miliar atau sekitar Rp 250 triliun. Sejak masa eksplorasi dan pengembangannya telah memberikan penerimaan negara sebesar US$ 83 miliar atau sekitar Rp 750 triliun. (Didik Purwanto/Kompas.com)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News