Reporter: Fitri Nur Arifenie | Editor: Dupla Kartini
JAKARTA. Pasar benih hortikultura di Indonesia terus bertumbuh setiap tahun. Tak heran, produsen benih hortikultura, PT East West Seed Indonesia alias Ewindo mengincar penjualan senilai Rp 500 miliar pada tahun ini.
Managing Director Ewindo, Glenn Pardede menuturkan, penjualan benih hortikultura secara nasional tahun ini diperkirakan mencapai Rp 1 triliun. Penjualan benih hortikultura tahun ini akan lebih tinggi 10% ketimbang tahun lalu yang berkisar Rp 800 hingga Rp 900 miliar.
"Adapun, market share atau pangsa pasar kami sekitar 40%-50% dari total penjualan benih di Indonesia," ungkap Glen ketika berkunjung ke KONTAN, Senin (20/1). Itu artinya, penjualan Ewindo tahun ini bisa berkisar Rp 400 miliar sampai Rp 500 miliar.
Penjualan benih Ewindo mayoritas untuk pasar dalam negeri, yaitu sebesar 90%. Sisanya, 10% diekspor ke Vietnam, China, serta Thailand. Sementara, di dalam negeri, porsi penjualan terbesar masih untuk wilayah Jawa, yakni mencapai 50%. Lalu, sekitar 25% untuk wilayah Sumatera, dan sisanya Kalimantan dan Sulawesi.
Kata Glen, pasar benih hortikultura di dalam negeri cukup potensial untuk dikembangkan. Dari total 13.000 ton kebutuhan benih nasional pada tahun lalu, sebanyak 50% masih diimpor. "Produsen benih lokal hanya mampu memasok sekitar 5.000-6.000 ton per tahun," paparnya. Tahun ini, kebutuhan benih nasional diprediksi meningkat menjadi 16.000 ton.
Adapun, Ewindo pada tahun ini mematok produksi sebanyak 2.500 ton benih. Jumlah itu memang lebih rendah dibanding produksi tahun lalu yang mencapai 3.000 ton. Maklum, kata Glen, tahun lalu musim kemarau lebih panjang, sehingga produksi benih lebih bagus, bahkan melebihi 100% target tahun lalu. Akibatnya, stok benih masih cukup banyak.
Bangun green house
Saban tahun, belanja modal Ewindo paling banyak dihabiskan untuk kegiatan riset dan pengembangan varietas benih. Untuk keperluan ini memakan biaya sekitar Rp 25 miliar-Rp 35 miliar per tahun, atau sekitar 15%-20% dari total belanja modal tahunan.
Tahun ini, Ewindo akan menambah lima varietas bibit hortikultura terbaru. Jenis varietas yang bakal dikembangkan, yaitu tomat, timun dan cabai. Sampai saat ini, Ewindo mampu memproduksi sebanyak 170 jenis benih hortikultura.
Selain menyiapkan lima varietas baru, Ewindo juga akan merampungkan pembangunan green house di Lembang, Jawa Barat, yang sudah dimulai sejak tahun lalu. Untuk mendirikan green house seluas 3 hektare (ha) itu, perusahaan merogoh kocek sekitar Rp 4 hingga Rp 5 miliar.
Rencananya, Greenhouse itu akan dimanfaatkan untuk membudidayakan tanaman tomat, sebagai salah satu varietas unggulan Ewindo. Setiap 1 ha diperkirakan akan menghasilkan sebanyak 1 ton benih tomat. "Sekitar 2 ha diperuntukkan untuk memenuhi kebutuhan benih dalam negeri, sedangkan 1 ha lagi untuk menyuplai benih tomat ke pasar Eropa.
Glenn mengklaim, saat ini, sudah ada perusahaan asal Eropa yang tertarik mengambil hasilnya. Selama ini, perusahaan Eropa selalu membeli pasokan benih tomat dari China, namun karena harganya sudah tidak kompetitif, pembeli mengalihkan pembelian ke Indonesia. "Harga jual ekspor tomat terbilang tinggi, sekitar US$ 500-US$ 1.000 per kilogram. Ada potensi nilai ekspor Rp 9 miliar," tuturnya.
Sejauh ini, kontribusi Ewindo merupakan yang terbesar bagi East West Seed secara global, yaitu mencapai sebesar 25%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News