kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.318.000 -0,68%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Film asing antre syuting di Indonesia


Jumat, 11 November 2011 / 07:39 WIB
Film asing antre syuting di Indonesia
ILUSTRASI. Ini penampakan konsol buatan KFC, bisa buat main game sekaligus memanaskan ayam


Reporter: Maria Rosita | Editor: Djumyati P.

JAKARTA. Semakin banyak film asing mengantre untuk syuting di Indonesia. Selain menambah pendapatan daerah lokasi syuting, maraknya syuting film juga mendongkrak pariwisata.

Direktur Film Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparenkraf), Syamsul Lussa mengatakan, sudah ada sudah ada 10-15 judul yang hendak syuting di Indonesia tahun depan.

Sedang tahun ini, terdapat tiga judul film asing yang telah mengambil gambar di Indonesia. Di antaranya adalah Java Heat yang dibintangi Mickey Rourke, serta The Philosophers yang dibintangi Bonnie Wright, pemeran Ginnie Weasley di film Harry Potter.

Indonesia mulai tampil lagi sebagai lokasi syuting film Hollywood setelah tahun lalu, Bali menjadi lokasi syuting film Eat, Pray, Love. Nilai investasi syuting Eat Pray Love itu totalnya Rp 400 miliar, dengan Rp 100 miliar dihabiskan di Indonesia.

Tapi, Java Heat yang syuting di Yogyakarta akan menjadi film asing berbujet tertinggi yang syuting di sini. Bujetnya US$ 21,5 juta atau berkisar Rp 200 miliar. Keadaan ini juga menunjukkan pariwisata Indonesia layak dijual.

"Java Heat syuting empat bulan dan menyerap 1.300 tenaga kerja, belum lagi bisnis di sekitarnya," kata Syamsul, Kamis (11/10). Artinya, dengan rata-rata investasi Rp 100 miliar-Rp 200 miliar per film asing, tahun depan akan masuk minimal Rp 1 triliun dari syuting film asing. Sekadar perbandingan, bujet rata-rata film lokal sekitar Rp 10 miliar-Rp 22 miliar.

Di sisi lain, pemerintah juga ingin sineas lokal memanfaatkan pariwisata untuk menciptakan film berkualitas.

Menteri Parenkraf, Mari Elka Pangestu melihat industri film lokal terus bangkit dan bisa meningkatkan pendapatan banyak sektor. Ia mencontohkan Laskar Pelangi. Usai syuting film itu, pendapatan daerah Belitung naik 300%. Contoh lain, film Sang Penari. "Gara-gara syuting, jalan di Banyumas jadi bagus, daerah juga jadi dipercantik, pariwisata dan kuliner juga jadi maju," kata Mari.

Tahun ini anggaran untuk manajemen perfilman Rp 23 miliar dan tahun depan Rp 33 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×