kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,52%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Fitonutrien sawit berpeluang menjadi tambang ekonomi Indonesia


Kamis, 25 Maret 2021 / 18:52 WIB
Fitonutrien sawit berpeluang menjadi tambang ekonomi Indonesia
ILUSTRASI. Fitonutrien sawit berpeluang menjadi tambang ekonomi Indonesia


Reporter: Noverius Laoli | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Komoditas andalan Indonesia, kelapa sawit menyimpan potensi besar. Selain digunakan untuk produk pangan, juga kelapa sawit jadi bahan baku kecantikan dan kesehatan di pasar global. 

Sampai 2021, berdasarkan data Kementerian Perindustrian (Kemenperin), produk turunan kelapa sawit telah mencapai 168 jenis produk turunan bernilai tinggi. 

Dirjen Industri Agro Kemenperin, Abdul Rochim, mengatakan, hilirisasi industri kelapa sawit membutuhkan penguatan inovasi yang berkelanjutan.  Kemenperin memandang sub bidang industri fitonutrient dan oleochemical punya dinamika tinggi.

"Untuk dapat bersaing pada ceruk pasar yang berputar cepat. Maka, pengembangan produk dan inovasi baru yang adaptif terhadap permintaan pasar menjadi tantangan bagi pelaku industri dan pengembang teknologi dalam negeri,” ujar Abdul Rochim, dalam keterangannya, Kamis (25/3).

Baca Juga: Menilik dampak kenaikan harga komoditas energi terhadap penerimaan negara

Abdul Rochim menjelaskan, kondisi pandemic Covid-19 meningkatkan kesadaran terhadap penguatan imunitas tubuh dan higienitas tubuh menjadi prioritas masyarakat Indonesia dan dunia.

“Produk hilir minyak sawit berupa fitonutrient (Vitamin A dan E) serta personal care diminati pasar dalam negeri dan ekspor, karena performa tinggi pada harga yang bersaing,” imbuh dia.

Hal ini disampaikannya dalam Dialog Webinar bertemakan “Fitonutrient Sawit untuk Gizi Kesehatan dan Personal Care” yang diselenggarakan  Asosiasi Produsen Oleochemical Indonesia (APOLIN) bersama Majalah Sawit Indonesia, Kamis (25/3/2021). Diskusi ini dapat terselenggara berkat dukungan Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS).  

Dialog ini menghadirkan empat pembicara yaitu(Ketua Umum Masyarakat Perkelapasawitan Indonesia, Darmono Taniwiryono, Peneliti Pusat Penelitian Kelapa Sawit, Ahmad Gazali Sofwan Sinaga, Ketua Pelaksana Harian Perhimpunan Perusahaan dan Asosiasi Kosmetika Indonesia, Kusuma Ida Anjani, dan Direktur Industri Hasil Hutan dan Perkebunan Kemenperin, Emil Satria .

Ketua Umum APOLIN, Rapolo Hutabarat, menjelaskan bahwa kandungan fitonutrien berupa vitamin A dan E di dalam minyak sawit menyimpan potensi besar. Dari data yang dikumpulkan asosiasinya, potensi ekonomi betakaroten minyak sawit sebesar US$ 4,7 miliar per tahun dan tokoferol punya nilai tambah US$ 2,7 miliar per tahun. 

Baca Juga: PTPN V klaim mampu menjaga area lahan bebas bakar selama 25 tahun

“Industri sawit ini dapat menjadi tambang ekonomi Indonesia di masa depan. Apabila, industri dengan dukungan pemerintah mengoptimalkan nutrisi sawit. Fitonutrien sawit sangat dibutuhkan bagi pola hidup seimbang. Demikian pula, industri farmasi dan kecantikan bagi perekonomian bangsa,” ujar Rapolo.

Sementara itu, Emil mengakui kinerja industri  hilir kelapa sawit mengalami kenaikan karena produk hilir oleokimia banyak digunakan sebagai bahan pembersih (sabun, personal care, personal wash dan juga glycerine), yang sedang dibutuhkan seluruh Dunia dalam rangka menghadapi pandemi global. 

“Termasuk produk fitonutrien (Vitamin E dan A) dari minyak sawit juga sangat diminati pasar karena berdasarkan literatur kesehatan kedua vitamin tersebut sangat esensial meningkatkan imunitas tubuh,” ujar Emil.

Kemudian, Darmono mengakui fitonutrien minyak sawit memiliki manfaat untuk antioksidan dan anti-inflasmasi. Betakaroten di dalam minyak sawit mencapai 2.500 ppm yang dapat digunakan untuk mencegah stunting dan peningkatan kecerdasan. 

Ida menambahkan, industri kosmetika sangat terbantu dengan kandungan fitonutrien minyak sawit. Antara lain  Pertama, minyak sawit merupakan bahan baku yang mudah didapatkan karena diproduksi di dalam negeri. 

Kedua, menjaga kelembaban kulit karena apabila dicampurkan sebagai moisturizer atau emollient mampu menjaga kelembutan kulit. Ketiga, pembersih lantaran mampu menjadi pembusa dan pengikat kotoran berlemak.

“Turunan sawit dapat dijumpai di produk perawatan tubuh seperti sabun, sampo, lipstik, moisturizer, skincare dan foundation. Ke depan, produk kosmetik ini akan terus berinovasi,” jelas dia.

Baca Juga: Harga membaik, Mentari Group berencana buka pabrik sawit baru

Ahmad Gazali mengatakan pihaknya telah membuat produk personal care yang bahannya 80% dari minyak sawit. Salah satu manfaatnya adalah fitonutrien di personal care dapat menahan kulit dari paparan sinar matahari. Vitamin E dapat mengembalikan kelembapan pada kulit yang mengalami dehidrasi. 

“Selain itu, memperbaiki kerusakan kulit yang disebabkan oleh paparan sinar matahari berlebih. Serta dapat memulihkan kulit yang terbakar sinar Ultra Violet lebih cepat,” tambahnya.

Kemenperin menitikberatkan empat langkah untuk mendukung industri oleokimia dan fitonutrien sawit. Pertama, restrukturisasi tarif pungutan ekspor progresif, untuk mengamankan bahan baku CPO/CPKO di dalam negeri. Kedua, diskon harga gas bumi industri oleokimia; terdapat 8 perusahaan (12 pabrik) telah mendapatkan harga ±USD6/MMBTU, menyusul 4 perusahaan berikutnya.

Ketiga, peluang Insentif Perpajakan Super Deduction Tax untuk Inovasi Litbang (PMK No 153/2020) oleh sektor industri. Keempat, penerbitan IOMKI (Izin Operasional Mobilitas dan Kegiatan Industri) dan pengawasan/pengendalian selama Pandemi COVID-19, sesuai SE Menperin No. 8/2020.

Selanjutnya: Cetak laba bersih Rp 6,46 triliun di 2020, simak rekomendasi saham INDF

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×