kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.594.000   17.000   1,08%
  • USD/IDR 16.370   -5,00   -0,03%
  • IDX 7.155   47,14   0,66%
  • KOMPAS100 1.057   5,10   0,48%
  • LQ45 832   4,41   0,53%
  • ISSI 214   1,71   0,81%
  • IDX30 429   2,76   0,65%
  • IDXHIDIV20 512   2,62   0,51%
  • IDX80 121   0,63   0,53%
  • IDXV30 124   0,17   0,14%
  • IDXQ30 141   0,95   0,68%

Fluktuasi Dolar AS: Sido Muncul Antisipasi Kenaikan Harga Produk F&B


Jumat, 17 Januari 2025 / 18:01 WIB
Fluktuasi Dolar AS: Sido Muncul Antisipasi Kenaikan Harga Produk F&B
ILUSTRASI. willem.kurniawan-Produksi Tolak Angin SIDO-Pabrik baru SIDO diclaim zero accident atau zero human error Sido Muncul menilai bahwa fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang tinggi dapat berdampak pada kenaikan harga produk.


Reporter: Leni Wandira | Editor: Tri Sulistiowati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk. (SIDO) menilai bahwa fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang tinggi dapat berdampak pada kenaikan harga produk mereka, khususnya di segmen makanan dan minuman (F&B). 

Dilansir dari Refinitiv, pada hari ini, Jumat (17/1/2025), nilai tukar rupiah dibuka menguat 0,46% di Rp 16.280/US$, namun kembali melemah ke posisi Rp 16.355/US$. Kondisi ini menunjukkan volatilitas yang terjadi di pasar valuta asing, yang bisa memberi tekanan pada berbagai sektor, termasuk industri farmasi.

Direktur Utama Sido Muncul, David Hidayat mengatakan Sido Muncul tidak melakukan impor langsung untuk bahan baku obat, sehingga ketergantungan terhadap fluktuasi nilai tukar dolar sangat minim. Di sisi lain, untuk produk F&B, meskipun hanya sebagian kecil bahan baku yang terpengaruh oleh dolar, potensi kenaikan harga bahan baku tersebut tetap dapat meningkatkan biaya produksi.

Adapun, Sido Muncul memproduksi beragam produk jamu, suplemen, permen, dan makanan/minuman, dengan beberapa produk F&B unggulannya antara lain Tentrem White Coffee, Minuman Susu Jahe, Minuman Kopi Jahe, dan Minuman Susu Jahe Coklat Swiss.

"SIDO tidak melakukan impor langsung untuk bahan baku, semua dibeli dari lokal. Dampak untuk SIDO adalah potensi kenaikan biaya bahan baku yang memiliki korelasi terhadap fluktuasi USD," ujar David kepada KONTAN, Kamis (16/1).

Saat ini, Sido Muncul mencatatkan sekitar 15-20% dari bahan baku untuk segmen F&B yang memiliki keterkaitan dengan fluktuasi nilai tukar USD. Meskipun demikian, David menegaskan bahwa dampak terhadap perusahaan secara keseluruhan tetap relatif terkendali dibandingkan dengan perusahaan lain yang lebih bergantung pada impor.

"Saat ini, hanya sekitar 15-20% bahan baku untuk segmen F&B saja dengan eksposur terhadap fluktuasi kurs USD, sehingga dampaknya terhadap SIDO relatif terkendali dibandingkan perusahaan lain," imbuhnya.

David menjelaskan bahwa Sido Muncul tidak melakukan impor langsung untuk bahan baku obat, sehingga ketergantungan terhadap fluktuasi nilai tukar dolar sangat minim. Di sisi lain, untuk produk F&B, meskipun hanya sebagian kecil bahan baku yang terpengaruh oleh dolar, potensi kenaikan harga bahan baku tersebut tetap dapat meningkatkan biaya produksi.

Menurut David, untuk mendukung stabilitas industri farmasi di Indonesia, nilai tukar yang ideal di tahun 2025 seharusnya berada di kisaran Rp 14.500–Rp 15.000 per USD. "Nilai tukar yang lebih tinggi dari itu tentu akan menambah beban biaya produksi, terutama bagi perusahaan yang terhubung dengan pasar internasional," ujar David.

Sido Muncul juga telah menyiapkan langkah-langkah antisipasi jika dolar terus mengalami penguatan hingga mencapai Rp 17.000. Beberapa strategi yang diterapkan oleh perusahaan antara lain peningkatan penggunaan bahan baku lokal, optimalisasi biaya produksi, serta memperkuat strategi ekspor untuk mendapatkan pendapatan dalam mata uang asing. 

Menariknya, Sido Muncul tidak memiliki utang pembelian bahan baku dalam dolar, sehingga risiko fluktuasi nilai tukar tidak langsung berdampak signifikan pada kestabilan keuangan perusahaan.

David juga menyampaikan bahwa penyesuaian harga produk F&B akan dilakukan secara selektif dan bertahap bila diperlukan, dengan tetap memperhatikan daya beli konsumen. 

“Untuk produk obat, kami tidak berencana untuk menaikkan harga. Namun, untuk produk F&B, yang memang lebih terpengaruh oleh bahan baku impor, kami akan mempertimbangkan penyesuaian harga sesuai dengan kondisi pasar,” pungkasnya.

Selanjutnya: Dongbang Medical Global Komitmen Berkontribusi bagi Indonesia & Tingkatkan Estetika

Menarik Dibaca: Bitcoin Balik ke US$ 100.000, Robert Kiyosaki Proyeksi Harga di Posisi Ini pada 2025

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Bond Voyage Mastering Strategic Management for Business Development

[X]
×