kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.924.000   -21.000   -1,08%
  • USD/IDR 16.319   9,00   0,06%
  • IDX 7.792   185,77   2,44%
  • KOMPAS100 1.105   23,32   2,16%
  • LQ45 823   23,67   2,96%
  • ISSI 258   4,00   1,58%
  • IDX30 426   12,56   3,04%
  • IDXHIDIV20 488   14,77   3,12%
  • IDX80 123   2,78   2,31%
  • IDXV30 127   1,15   0,91%
  • IDXQ30 137   4,21   3,18%

Fokus di Hulu Migas, LBU Mulai Ekspansi ke Regional hingga Timur Tengah


Minggu, 01 Juni 2025 / 14:20 WIB
Fokus di Hulu Migas, LBU Mulai Ekspansi ke Regional hingga Timur Tengah
Harris Susanto, Direktur Utama LBU dalam forum bedah buku The Matchmaker karya Dr Erwin Suryadi di Jakarta, Sabtu (31/5).


Reporter: Leni Wandira | Editor: Putri Werdiningsih

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Luas Birus Utama (LBU) menunjukkan bahwa perusahaan lokal juga bisa tampil sebagai pemain utama di industri hulu migas, sektor yang selama ini didominasi oleh perusahaan multinasional. 

Lewat strategi pengembangan teknologi sendiri dan dukungan dari SKK Migas serta KKKS, LBU tak hanya dipercaya menangani reaktivasi sumur tua di dalam negeri, tetapi juga mulai menembus pasar ekspor ke kawasan Asia Tenggara dan Timur Tengah.

"Stigma terhadap perusahaan lokal sebagai sekadar agen teknologi asing masih kental. Tantangan terbesar kami adalah membuktikan bahwa kami punya kapabilitas teknis setara global," ujar Harris Susanto, Direktur Utama LBU kepada KONTAN saat ditemui di Jakarta, Sabtu (31/5).

LBU dikenal lewat kontribusinya dalam program reaktivasi sumur tua sumur-sumur migas yang telah tidak aktif namun masih menyimpan potensi produksi. Melalui teknologi chemical injection miliknya, LBU berhasil menambah produksi hingga 2.000-3.000 barel minyak per bulan dari beberapa sumur di Sumatra dan Papua.

Baca Juga: Kinerja Penunjang Hulu Migas Diprediksi Positif Jelang Revisi Skema Gross Split

Teknologi tersebut dikembangkan melalui kerja sama dengan SKK Migas dan Pertamina Hulu Rokan (PHR).

"Kami sedang dalam tahap due diligence teknis untuk beberapa sumur idle. Ini membutuhkan data subsurface dan integritas sumur yang lengkap," jelas Harris.

Pertumbuhan LBU tak lepas dari peran SKK Migas dan sejumlah KKKS besar yang aktif memberi pembinaan. ExxonMobil, BP, dan Medco E&P menjadi contoh perusahaan migas yang sejak awal mendampingi LBU.

"Ada yang menjadi mentor, ada juga yang bertindak sebagai devil's advocate agar kami terus mengasah kemampuan teknis," kata Harris.

Baca Juga: Hulu Migas Indonesia Diserbu Investor, 25 Perusahaan Siap Masuk

Menurutnya pendampingan ini cukup berdampak signifikan. Sejak 2017, kontribusinya terhadap pertumbuhan bisa mencapai 30%.

“Banyak spek yang sebelumnya menghalangi perusahaan lokal masuk, kini bisa dinegosiasikan berkat pembinaan itu,” ujarnya.

Meski tren global mulai mengarah ke energi baru dan terbarukan, LBU memilih tetap fokus di sektor migas. Menurut Harris, industri ini masih menyimpan potensi besar di Indonesia, apalagi dengan temuan-temuan baru dan agresivitas pemerintah dalam membuka blok-blok eksplorasi.

Namun demikian, LBU juga mulai merambah teknologi penangkapan karbon. Salah satu riset yang tengah digarap adalah konversi CO2 menjadi metanol.

“Indonesia masih impor sekitar 1,3 juta ton metanol per tahun. Kami ingin mengisi celah itu dengan teknologi katalis kami,” katanya.

Setelah dipercaya oleh Pertamina Hulu Rokan, PetroChina, dan Medco, LBU mulai melebarkan sayap. Perusahaan ini sudah ikut tender di Thailand dan menjajaki peluang di Oman serta Irak, berkat jejaring dari mitra KKKS.

“Ekspansi ini bukan semata ambisi bisnis. Ini adalah pembuktian bahwa anak bangsa bisa menembus industri global dengan teknologi sendiri,” tutupnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mitigasi Risiko SP2DK dan Pemeriksaan Pajak Executive Macro Mastery

[X]
×