Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Hitay Balai Kaba Energy menegaskan tetap fokus membidik pengembangan panas bumi di Sumatera. Adapun saat ini ada sejumlah wilayah yang dibidik yakni di Tandikat, Geureudong, Gunung Kembar, dan Tanjungsakti.
Remzi Caner Yilmaz, Business Development Director PT Hitay Balai Kaba Energy menyatakan, saat ini pihaknya sudah melakukan studi analisis untuk pembangunan infrastruktur dan lingkungan sosial di Wilayah Kerja Panas Bumi (WKP) Gunung Talang – Bukit Kili, Kabupaten Solok, Provinsi Sumatera Barat.
“Hitay sudah menginvestasikan US$ 10 juta sebagai bagian komitmen dari kesepakatan saat memenangkan tender tahun 2016,” ujarnya, Rabu (20/9).
Namun hingga kini eksplorasi panas bumi di Solok masih belum berjalan walaupun tender sudah dimenangkan sejak 2016 lalu. Caner mengungkapkan, ada beberapa kesepakatan antara Hitay, Pemerintah Indonesia, dan Pemerintah Provinsi yang masih harus diselesaikan.
Baca Juga: Ada 34 perusahaan berebut PLTP milik Chevron
Jika proyek ini sudah bisa berjalan, dia menargetkan eksploitasi panas bumi di Solok bisa menjadi salah satu solusi yang bisa mengurangi 5,89% tingkat pengangguran yang ada di wilayah tersebut.
“Kemudian dapat memberikan PAD (Pendapatan Asli Daerah) untuk Kabupaten Solok dan Provinsi Sumatera Barat.” ujarnya.
Ke depannya, Caner menyampaikan ada lima lokasi yang akan dituju Hitay, yaitu di Talang, Tandikat, Geureudong, Gunung Kembar, dan Tanjungsakti. Seluruh lokasi ini memang saling berdekatan.
Secara umum, untuk mendukung percepatan transisi panas bumi di Indonesia pihaknya berharap pemerintah dapat memberikan program insentif kepada para kontraktor atau investor yang ingin mengelola potensi panas bumi di Indonesia.
Kemudian, pemerintah juga harus memberikan kepastian regulasi yang dapat memberikan iklim positif untuk bisnis.
Caner menyampaikan selama ini Hitay merasa setiap hambatan menjadi tantangan yang harus bisa dilalui.
“Dalam hal ini, Hitay berharap semoga potensi panas bumi di Indonesia yang besar dapat dikelola dengan maksimal. Hitay akan terus mengoptimalkan kerjasama dengan pemerintah pusat dan daerah, serta masyarakat lokal, kemudian para pihak yang berkepentingan dalam pembangunan,” tambahnya.
Baca Juga: Listrik Hasil PLTS Bisa Diekspor, Bagaimana dengan Panas Bumi?
Caner mengemukakan, untuk mempercepat transisi energi bersih dibutuhkan adanya bentuk kemitraan dan sinergi yang saling menguntungkan dan berkelanjutan.
Caner juga menyampaikan bahwa kehadiran Hitay di Indonesia yang nantinya akan memproduksi energi bersih melalui panas bumi diharapkan dapat mempercepat net zero emissions sekaligus bisa menjadi bagian nyata dari upaya pemerintah Indonesia yang ingin melakukan kolaborasi dan kemitraan untuk mewujudkan transisi energi.
Dia bilang, setiap pembangunan, selalu menciptakan perubahan. Panas bumi menjadi pembangkit listrik yang membangun energi bersih.
“Dalam hal ini, Hitay selalu menerapkan prinsip ESG (Environmental, Social, and Governance) dimana di dalamnya selalu menerapkan nilai-nilai pelestarian lingkungan." kata Caner.
Asal tahu saja, Indonesia merupakan negara terbesar kedua yang memiliki potensi panas bumi. Tentunya hal ini menjadi modal utama yang dimiliki Indonesia untuk bisa melakukan percepatan transisi energi bersih.
Akan tetapi, untuk menjalankan diperlukan kolaborasi dari banyak pihak sekaligus mitra dan peran investor asing.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News