kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Founder Startup Harus Waspadai Bubble Burst


Kamis, 23 Juni 2022 / 23:11 WIB
Founder Startup Harus Waspadai Bubble Burst
ILUSTRASI. Ilustrasi Start Up. KONTAN/Muradi/2016/07/12


Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Fenomena bubble burst perusahaan rintisan (startup) yang terjadi belakangan ini diakibatkan naiknya suku bunga Federal Reserve dan menyebabkan Cost of Capital naik sejak November-Desember 2021.

Hal ini kemudian membuat banyak investor memindahkan asetnya dari perusahaan dengan pertumbuhan tinggi (high growth), dan mencari perusahan dengan aset yang aman seperti komoditas.

"Banyak yang lari ke komoditas, juga precious metal, kepada asset class yang lain. Perusahaan teknologi yang sangat high growth dan benefit dari low cost environment itu mereka mengalami penurunan karena banyak investor lari," kata Founding Partner AC Venture Pandu Patria Sjahrir dalam keterangannya, Kamis (23/6).

Baca Juga: Penyebab Kejatuhan Usaha Rintisan

Namun menurut Pandu, saat ini justru menjadi waktu yang sangat menarik untuk melihat perkembangan startup, karena masih adanya pertumbuhan di sektor teknologi.

"Apa sih yang berubah selama 4-5 bulan terakhir, karena pertumbuhannya masih ada. Banyak perusahaan sektor teknologi ini. Menurut saya sangat bagus untuk melihat nilai yang ada pada sektor teknologi," ucapnya.

Meski terlihat masih menggiurkan, Pandu juga mewanti-wanti Founder startup bahwa investor akan lebih berhati-hati. Investor, menurutnya, kini cenderung mencari startup yang bisa menjadi solusi permasalahan yang ada pada masyarakat dari hulu ke hilir.

Dalam menghadapi bubble burst ini, Pandu pun memberikan tiga tips untuk pendiri atau founder startup. Pertama mereka harus benar-benar dilihat apakah bisnis mereka mampu menghasilkan omzet atau tidak.

"Ini kadang dianggap kita harus membeli pangsa pasar. Tapi yang paling penting adalah produk market fit-nya sudah pas atau belum. Jadi Anda harus bisa belajar beradaptasi yang sangat cepat untuk melihat apakah bisa menghasilkan profit," kata Pandu.

Kedua, para founder juga harus bisa membaca dari sisi sentimen investor bahwa mereka tidak hanya cari perusahaan yang tumbuh (growth) saja. Investor pasti mencari keuntungan.

Baca Juga: Ada Fenomena Bubble Burst, Pengamat Melihat Startup Memang Sangat Rentan

Ketiga, para founder jangan terus menggantungkan diri pada pendanaan dari investor. Menurut Pandu, pendiri startup harus bisa menggunakan uang yang ada untuk terus diputar dan diinvestasikan ulang untuk pertumbuhan perusahaan mereka.

"Jadi kalau sekarang misal harus dapat pendanaan seri A, seri B, seri C. Paling enak kalau bisa dari pre-seri A eh udah bisa loncat, nanti seri B, seri C. Bahasanya skip round, sebenarnya buat para shareholder, atau owner atau founder ini juga lebih bagus karena Anda punya equity lebih banyak di perusahaan Anda. Jadi Anda actually have a very good defensible business model,” pungkas Pandu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×