kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Freeport akan gandeng Tsingshan alihkan smelter tembaga ke Weda Bay, begini kata IMA


Senin, 30 November 2020 / 15:29 WIB
Freeport akan gandeng Tsingshan alihkan smelter tembaga ke Weda Bay, begini kata IMA
ILUSTRASI. Freeport bakal menggandeng perusahaan asal China, Tsingshan Steel, untuk menggarap smelter tembaga di Weda Bay,


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tarik ulur pembangunan smelter tembaga PT Freeport Indonesia (PTFI) masih terus berlanjut. Kabar terbaru, PTFI bakal menggandeng perusahaan asal China, Tsingshan Steel, untuk menggarap smelter tembaga di Weda Bay, Halmahera.

Opsi ini kabarnya mendapat dukungan dari Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan. Proyek smelter tembaga di Weda Bay ditargetkan bisa melengkapi pasokan produk nikel untuk mendorong pembangunan bahan baku baterai lithium.

Asosiasi Pertambangan Indonesia alias Indonesia Mining Association (IMA) pun buka suara terkait opsi ini. Pelaksana Harian Direktur Eksekutif IMA Djoko Widajatno menilai, opsi pembangunan smelter tembaga PTFI memungkinkan dan layak untuk dipertimbangkan. Apalagi, infrastruktur di kawasan smelter nikel itu relatif sudah mapan.

"Tinggal masalah perizinan dari pemerintah. Kalau dari infrastruktur dapat dipersilakan. Opsi tersebut merupakan penyelesaian yang paling mungkin dilakukan," kata Djoko kepada Kontan.co.id, Senin (30/11).

Baca Juga: PT Smelting dongkrak produksi katoda tembaga jadi 279.000 ton di 2020

Djoko membeberkan, setidaknya ada tiga alasan opsi pembangunan smelter PTFI dan Tsingshan di Weda Bay menjadi layak untuk dipertimbangkan. Pertama, pembangunan smelter bisa terintegrasi di kawasan hilirisasi nikel untuk dikembangkan sebagai bahan baku baterai lithium atau kendaraan listrik.

Kedua, opsi ini bisa menjadi solusi agar PTFI tetap membangun smelter tembaga baru, sehingga kewajiban peningkatan nilai tambah di dalam negeri bisa terpenuhi. Ketiga, dari segi geo-politik, Djoko menilai bahwa kerjasama PTFI dan Tsingshan ini bisa membentuk keseimbangan antara investasi yang datang dari Amerika Serikat (AS) dan China.

"Dengan segala risiko, secara geopolitik ini membentuk keseimbangan kekuatan ekonomi, antara AS dan China dikawasan ASEAN. Sehingga kesempatan bagi Indonesia untuk mempercepat pertumbuhan Industri dasar. Harus dijaga agar unvestasi di Weda Bay membuahkan hasil positif bagi Indonesia," terang Djoko.

Sebagai informasi, mengutip Asia Times,  PT Freeport Indonesia (PTFI) membahas kerjasama dengan Tsingshan Steel China untuk membangun smelter tembaga senilai US$ 1,8 miliar di kompleks pengolahan nikel di Weda Bay, Halmahera.

Dalam wawancara dengan Asia Times, Menko Luhut berharap kesepakatan tersebut bisa ditandatangani sebelum Maret mendatang. "Kami senang dengan kesepakatan tersebut. Tetapi kedua belah pihak masih dalam pembahasan rinci," katanya.

Tsingshan dikabarkan telah setuju untuk menyelesaikan smelter tembaga tersebut dalam waktu 18 bulan. Dengan Tsingshan yang juga berencana menyelesaikan pabrik baterai lithium di Weda Bay pada tahun 2023, pabrik peleburan tembaga baru akan menyediakan asam sulfat yang dibutuhkan untuk memproduksi feronikel kualitas rendah untuk pasar baja tahan karat dan juga untuk memulihkan kobalt dari baterai lithium bekas.

Tembaga Freeport juga akan menjadi sumber kabel dan suku cadang lainnya untuk industri mobil listrik. Menurut salah satu perkiraan ahli, kendaraan listrik baterai menggunakan tembaga sebanyak 83 kilogram, dibandingkan dengan 23 kilogram untuk mesin pembakaran internal.

Baca Juga: Tarik ulur smelter tembaga, begini kata IMA dan AP3I

Di sisi lain, pengangkutan konsentrat Freeport tidak dianggap sebagai faktor utama. Jarak antara pelabuhan Freeport di Timika di pantai selatan Papua ke situs Halmahera hanya 2.660 kilometer, dibandingkan dengan jalur 4.000 kilometer ke Gresik.

Meskipun smelter tembaga di Gresik belum banyak menarik industri pendukung selama 20 tahun terakhir beroperasi, Luhut masih yakin bisa menarik investor luar negeri ke Halmahera. Terutama perusahaan manufaktur China yang ingin pindah ke lepas pantai.

Kontan.co.id sudah menghubungi Presiden Direktur PTFI Tony Wenas dan Vice President Corporate Communication PTFI Riza Pratama. Namun, keduanya masih belum memberikan konfirmasi soal ini.

Yang pasti, saat ini ada sejumlah opsi terkait pembangunan smelter tembaga PTFI. Sebelumnya Kontan.co.id memberitakan, opsi yang sedang dibahas pemerintah adalah penurunan kapasitas pada proyek smelter tembaga baru PTFI yang berlokasi di JIIPE, Gresik Jawa Timur. Kapasitas dipangkas dari 2 juta ton konsentrat tembaga menjadi 1,7 juta ton.

Namun, 300.000 ton sisanya akan dicukupi dengan melakukan peningkatan kapasitas di smelter tembaga eksisting, di PT Smelting.  "Yang penting kan 2 juta ton. Ini kan masih dibahas terus, tapi intinya kan, yang mendasar adalah 2 juta ton," ungkap Tony selepas menghadiri rapat kerja Menteri ESDM bersama Komisi VII DPR RI, Senin lalu (23/11).

Selanjutnya: Freeport evaluasi nilai investasi proyek smelter, ini alasannya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×