Reporter: Petrus Dabu | Editor: Asnil Amri
JAKARTA. Produksi dan penjualan emas dan tembaga PT Freeport Indonesia kemungkinan akan merosot. Freeport-McMoran (FCX), induk usaha Freeport Indonesia, sudah merevisi target produksi emas dan tembaga dari Gunung Grasberg Papua itu.
Sebelumnya, pada April 2012, FCX menargetkan penjualan tembaga 800 juta pon (1 pon= 453 gram). Sementara target penjualan emas dari dari Freeport Indonesia mencapai 1 juta ons troi (1 ons troi=28,35 gram).
Kabar terbaru, FCX memangkas target itu. Laporan kinerja FCX per kuartal II-2012 yang dirilis 19 Juli 2012, menyebutkan, target penjualan Freeport Indonesia menjadi 750 juta pon tembaga dan 960.000 ons troi emas.
Ada sejumlah alasan pemangkasan target penjualan tembaga dan emas. Pertama, Freeport Indonesia menunda produksi pertambangan di wilayah pertambangan terbuka yang memiliki kandungan mineral tinggi. Faktor kedua, upaya Freeport meningkatkan produksi di pertambangan tertutup terlambat.
Asal tahu saja, kuartal II-2012, penjualan bijih tembaga Freeport Indonesia mencapai 183 juta pon dan emas mencapai 247.000 ons troi. Hasil ini lebih rendah dari kinerja pada kuartal II-2011. Saat itu, penjualan tembaga mencapai 265 juta pon dan emas mencapai 330 juta ons troi.
Secara global, penjualan FCX mencapai 927 juta pon tembaga dan 266.000 ons troi emas. Penjualan pada kuartal II-2012 ini lebih rendah dari kuartal kedua 2011 yang mencapai 1 miliar pon tembaga dan 356 juta ons emas.
Tahun 2012, FCX memperkirakan total penjualan bijih tembaga diharapkan mencapai 4,6 miliar pon. Adapun penjualan bijih emas sekitar 1,1 juta ons troi dari seluruh wilayah operasinya.
FCX berharap penjualan emas dan tembaga dari Indonesia meningkat lagi pada tahun 2013. "Freeport Indonesia sudah mendapatkan akses ke bijih yang banyak mengandung mineral," ungkap Richard C Adkerson, President and Chief Executive Officer Freeport-McMoran dalam siaran pers pada 19 Juli 2012.
Revisi target produksi dan penjualan Freeport Indonesia agaknya pilihan logis. Sebab, pada kuartal IV-2011 hingga kuartal I-2012, operasional Freeport Indonesia terganggu akibat ribuan buruh di pertambangan ini mogok kerja.
Memasuki kuartal II-2012, aksi mogok mereda. Operasional Freeport Indonesia mulai berjalan normal.
Rata-rata produksi bijih mineral pun beranjak naik. Pada kuartal I-2012, Freeport Indonesia memproduksi bijih mineral sekitar 114.800 metrik ton per hari. Pada kuartal II-2012, produksi naik menjadi 179.500 metrik ton per hari.
Tambang bawah tanah
Adkerson mengklaim, pertambangan terbuka di Grasberg juga mendekati level normal. Saat ini sekitar 75% produksi bijih Freeport Indonesia dari pertambangan terbuka di Grasberg, dan 25% dari pertambangan tertutup.
Mulai tahun 2016, produksi dari pertambangan terbuka diperkirakan akan menurun. Itu sebabnya, sejak tahun 2008, Freeport memacu produksi tambang bawah tanah.
Sebagai gambaran, pada kuartal II-2012, produksi bijih dari pertambangan bawah tanah Freeport mencapai 45.400 metrik ton per hari. Targetnya, angka itu meningkat menjadi 80.000 metrik ton per hari pada kuartal IV-2012.
Secara keseluruhan, pengoperasian tambang bawah tanah akan mendorong total produksi bijih menjadi 240.000 metrik ton per hari. Untuk itu, dalam lima tahun ke depan ini, Freeport menganggarkan investasi US$ 700 juta per tahun untuk pengembangan tambang bawah tanah.
Freeport Indonesia juga berharap proyek tambang bawah tanah Big Gissan membuahkan hasil. Tahun depan, proyek yang mulai digarap tahun 2010 ini diharapkan bisa berproduksi penuh yaitu 7.000 metrik ton per hari.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News