kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Freeport tak terlibat pembangun smelter di Papua


Kamis, 05 Maret 2015 / 21:46 WIB
Freeport tak terlibat pembangun smelter di Papua
ILUSTRASI. Investor mengamati tabel perdagangan mata uang krypto di Jakarta, Senin (3/5). /pho KONTAN/Carolus Agus Waluyo/03/05/2021.


Sumber: Kompas.com | Editor: Uji Agung Santosa

JAYAPURA. Presiden Direktur PT Freeport Indonesia Maroef Sjamsoeddin menegaskan, pihaknya tidak terlibat dalam pembangunan pabrik pengolahan dan pemurnian (smelter) yang akan dibangun di Kabupaten Mimika, Papua. 

Menurut Maroef, rencana pembangunan smelter digagas oleh Pemerintah Provinsi Papua dan Pemerintah Kabupaten Mimika saat bertemu Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral di Kabupaten Mimika, Papua, beberapa waktu lalu. 

“Jadi Freeport Indonesia tidak terlibat dalam pembangunan smelter di Papua, karena Pemerintah Provinsi Papua telah menyatakan kesanggupannya,” jelas Maroef di Jayapura, Rabu (4/3/2015) kemarin. 

Mantan Wakil Kepala Badan Intelijen Negara yang sejak awal 2015 menduduki jabatan tertinggi di PT Freeport Indonesia (PTFI) itu mengungkapkan, berdasarkan hasil uji kelayakan ekonomis oleh pihaknya, belum ada lokasi yang layak secara ekonomis untuk pembangunan smelter di Papua. 

“Freeport saat ini belum menemukan lokasi yang cocok di Papua, dan yang paling cocok di Gresik, Jawa Timur. Di sana fasilitas pendukung untuk pembangunan smelter sudah tersedia,” jelas Maroef. 

Smelter milik PTFI di Gresik, Jawa Timur, ungkap Maroef, sudah beroperasi sejak tahun 1997 dengan kapasitas olah dan pemurnian sebanyak 1 juta ton konsentrat per tahun. Pihaknya berencana akan meningkatkan kapasitas produksi smelter tersebut hingga 3 juta ton per tahun, untuk menampung hasil tambang bawah tanah yang mulai beroperasi pada 2017 mendatang. 

Sebelumnya, Gubernur Papua Lukas Enembe menyampaikan bahwa pihaknya akan mendesak PTFI membuat nota kesepahaman (MoU) untuk mendapat pasokan konsentrat sebagai jaminan bagi pihak investor yang akan membangun smelter. Terkait desakan ini, Maroef berdalih pihaknya bersedia memasok konsentrat jika smelter yang dibangun di Kabupaten Mimika sudah beroperasi. 

“Kita selanjutnya akan beker jasama secara business to business untuk memasok konsentrat kepada smelter yang dibangun oleh Pemerintah Papua. Kalau sekarang mau membahas itu, bagaimana bisa, sementara kami tak tahu lokasinya dimana?” ungkap Maroef sambil berlalu meninggalkan sejumlah wartawan yang terus meminta jawaban tegas pihak PTFI. 

Seperti diberitakan sebelumnya, Ketua Tim Teknis Pembangunan Smelter Papua, Bangun S Manurung mengungkapkan keseriusan pemerintah Provinsi Papua membangun pabrik pengolahan dan pemurnian (smelter) emas dan tembaga di kawasan Poumako, Distrik Mimika Timur, Kabupaten Mimika, Papua.

Menurut Bangun, pihaknya saat ini menjajaki kerja sama dengan Non-Ferrous China Company (NFC) untuk membangun smelter. Biaya pembangunan smelter senilai 1 miliar dollar AS atau sekitar Rp 13 triliun, akan dibiayai oleh Bank of China dan setelah itu, akan langsung diambilalih Bank Investasi Amerika Serikat.(Kontributor Kompas TV, Alfian Kartono)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×