kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Freeport-Tsingshan menuju kesepakatan bangun smelter 2,4 juta ton di Weda Bay


Jumat, 05 Februari 2021 / 13:43 WIB
Freeport-Tsingshan menuju kesepakatan bangun smelter 2,4 juta ton di Weda Bay
ILUSTRASI. andy.dwijayanto@kontan.co.id-Andy Dwijayanto / KONTAN-Tambang Bawah Tanah Freeport


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Koordinator Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) mengisyaratkan kerjasama antara PT Freeport Indonesia (PTFI) dan Tsingshan Steel untuk membangun smelter di Weda Bay, Halmahera Tengah.

Deputi Bidang Koordinasi Investasi dan Pertambangan Kemenko Marves Septian Hario Seto membeberkan bahwa negosiasi kerjasama masih berlangsung dan ditargetkan sudah ada keputusan pada akhir bulan depan. Dia berharap ada win win solution baik dari sisi kerjasama PTFI-Tsingshan maupun untuk memenuhi kewajiban PTFI kepada pemerintah dalam membangun smelter tembaga baru.

"Ini sedang berjalan prosesnya. Kita berharap nanti mungkin bisa mencapai kesepakatan di akhir bulan Maret. Kalau memang ini win win solution, ya tentunya ini baik untuk semua, kenapa nggak?" ujar Seto dalam pers conference yang digelar secara daring, Jumat (5/2).

Dia mengungkapkan, Freeport tertarik untuk kerjasama dengan Tsingshan lantaran perusahaan asal China itu akan membiayai sebagian investasi (capex) yang diperlukan untuk membangun smelter. Tsingshan pun disebut memiliki teknologi yang bisa menekan capex sehingga lebih efisien. Hal ini dapat mengatasi keluhan Freeport yang selama ini menggembar-gemborkan proyek smelter yang merugikan secara keekonomian.

Baca Juga: Freeport bakal tetap mengikuti arahan pemerintah terkait rencana pembangunan smelter

Dari sisi pembiayaan, Seto membeberkan bahwa Tsingshan siap untuk menanggung 92,5% biaya proyek, sedangkan 7,5% sisanya akan ditanggung oleh Freeport. Tawaran ini, tambah Seto, menggiurkan bagi pihak Freeport dibandingkan harus membangun di JIIPE Gresik, Jawa Timur dengan biaya sendiri. 

"Secara keseluruhan dari bisnis yang sekarang, pihak Freeport hanya butuh memberikan pendanaan sekiatr 7,5% dari total project cost. Jadi sangat atraktif. Kita sedang jajaki, sedang dinegosiasikan," terang Seto.

Jika kesepakatan ini terjalin, smelter tembaga yang akan dibangun di Weda Bay nantinya memiliki kapasitas input konsentrat tembaga yang lebih besar dibandingkan rencana proyek smelter di Gresik. Seto bilang, kapasitas yang akan dibangun sebanyak 2,4 juta ton dengan biaya sekitar US$ 2,5 miliar.

Sedangkan untuk kapasitas smelter Freeport di Gresik awalnya direncanakan sebesar 2 juta ton dengan investasi sekitar US$ 3 miliar. Namun belakangan, kapasitasnya dipangkas menjadi 1,7 juta ton. Sedangkan 300.000 ton lainnya ditutupi melalui pengembangan smelter tembaga eksisting di PT Smelting.

Namun, terkait nasib proyek smelter di JIIPE Gresik yang sedang berjalan, Seto belum memberikan penegasan. Apakah proyek itu akan berhenti ketika PTFI jadi bekerjasama dengan Tsingshan di Weda bay, atau tidak. Menurutnya, PTFI nantinya akan diberikan pilihan untuk menentukan kelanjutan proyek smelternya.

"Ini kan masih negosiasi jadi sementara yang di JIIPE Gresik pasti akan tetap jalan, nanti at the end Freeport yang akan menentukan," ujar Seto.

Yang pasti, dia menegaskan bahwa target untuk penyelesaian proyek smelter Freeport masih tetap sama. Yakni pada Desember 2023, sesuai dengan kewajiban yang tertera dalam Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK) PTFI yang diterbitkan Desember 2018 lalu.

Dengan rekam jejak Tsingshan dalam konstruksi kawasan smelter Morowali maupun Weda Bay, Seto yakin target tersebut bisa dicapai. "Sama, target (penyelesaian smelter) nggak berubah. Melihat track record Tsingshan, so far mereka komitmen dari sisi time line dan sisi cost. Yang kita perhatikan mereka sangat akurat," ungkapnya.

Namun ketika kerjasama PTFI-Tsingshan jadi terjalin, Seto juga menegaskan bahwa pemerintah meminta agar Tsingshan tak hanya berhenti pada smelter untuk memproduksi katoda tembaga. Melainkan lanjut ke proses hilirisasi tembaga di Indonesia.

"Itu yang kita minta, mereka akan bangun hilirisasi tembaganya. Jadi bukan hanya berhenti di katoda tapi juga produk turunannya mereka bangun di sana," pungkas Seto.

Secara terpisah, Vice President Coorporate Communications PT Freeport Indonesia , Riza Pratama mengungkapkan sejauh ini pihaknya masih berkomitmen melaksanakan proyek smelter di Gresik. "PTFI tetap berkomitmen untuk membangun smelter kedua di Manyar, Gresik sebagai bagian dari kesepakatan dalam proses divestasi yang lalu," jelas Riza kepada Kontan.co.id, Kamis (4/2).

Riza pun belum bisa mengemukakan lebih jauh mengenai proses diskusi dengan Tsingshan. Menurutnya, saat ini proses penjajakan masih berlangsung sesuai arahan pemerintah. Riza menambahkan, PTFI menyerahkan sepenuhnya kepada pemerintah terkait proyek smelter mana yang bakal digarap. "Tetapi komitmen PTFI tetap tidak berubah," tegas Riza.

Selanjutnya: Menko Luhut restui investasi smelter Tsingshan-Freeport di Weda Bay

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×