kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45926,73   11,38   1.24%
  • EMAS1.310.000 -1,13%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Frisian Flag Indonesia bangun desa produksi susu di Ciater


Selasa, 11 Desember 2018 / 14:29 WIB
Frisian Flag Indonesia bangun desa produksi susu di Ciater
Kandang sapi Dairy Village Frisian Flag Indonesia


Reporter: Tane Hadiyantono | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - CIATER. Perusahaan susu asal Belanda PT Frisian Flag Indonesia meresmikan Dairy Village, sentra produksi susu peternak rakyat terintegrasi dimana seluruh hasilnya diserap oleh FFI. Proyek yang didanai Pemerintah Belanda ini diharapkan bisa menjadi areal percontohan desa susu sapi perah nasional.

Presiden Direktur FFI Maurits Klavert menyampaikan, desa susu ini menyewa lahan PTPN VIII di Ciater, Subang dengan menggunakan fasilitas pendanaan dari Kementerian Luar Negeri Belanda yang dijalankan oleh Agensi Perusahaan Belanda.

Desa susu ini memiliki kapasitas tampung 100-130 sapi dan mengintegrasikan peternakan, rumah perah, tangki pendinginan dan fasilitas pengolahan kotoran sapi. Ada juga fasilitas pelatihan dan workshop bagi masyarakat maupun pihak yang ingin mempelajari pola produksi ala FFI di desa tersebut.

FFI merupakan bagian dari konsorsium Royal FrieslandCampina yang berpusat di Belanda. Proyek di Ciater ini menggunakan bantuan dana pemerintah Belanda dari program Fasilitas untuk Kewirausahaan dan Keamanan Pangan Berkelanjutan (FDOV).

Maurits mengatakan, pihaknya berharap dapat meningkatkan komposisi susu yang diolah dari pengadaan dalam negeri. "Tapi memang tidak mudah. Ada persoalan lahan karena peternakan membutuhkan lahan yang luas dan praktik peternakan sapi perah yang harus kita perbaiki dahulu dan tingkatkan produktivitasnya," katanya, Selasa (11/12).

Menurut dia, secara umum produksi susu oleh industri pengolahan mayoritas masih menggunakan komponen impor. Sekitar 80% pengadaan masih dari luar negeri dan baru 20% dari dalam negeri.

Pembangunan desa susu terintegrasi ini diharapkan dapat membantu suplai susu segar FFI, sekaligus memicu pemerintah dan stakeholder lainnya untuk mulai berinvestasi pada program serupa. Jumlah peternak yang bekerja di fasilitas ini berjumlah lima orang dan masing-masing sudah memiliki 3-4 sapi.

Target jangka panjangnya, setiap peternak yang terlibat dalam program ini akan memiliki delapan sapi dari sebelumnya 2-3 sapi. Peternak dapat gaji sharing profit dari peternakan ini.

Menurut Akhmad Sawaldi, DDP dan FDOV project manajer FFI, biaya pembangunan desa ini menghabiskan Rp 16 miliar. Terkait potensinya, Akhmad mengakui bisnis susu merupakan investasi jangka panjang. "Break even point peternak mungkin baru 6 tahun kemudian," katanya.

Maka dalam jangka waktu tersebut, FFI akan membantu peternak binaan mereka dalam segi fasilitas dan pelatihan serta bantuan mendapatkan fasilitas pendanaan.

Menurut Maurits, target dari desa susu ini adalah meningkatkan produktivitas susu peternak dalam negeri dari kisaran 10-12 liter per sapi per hari menjadi 20 liter per sapi per hari dan mengurangi ketergantungan pada impor. "Tapi dalam skala 100-130 sapi, desa ini memang masih kecil untuk tingkatkan susu sapi dalam negeri dari 20% jadi 40%," katanya.

Ketua Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara (KPSBU JABAR) Deddy Setiadi mengungkapkan, program pembangunan fasilitas dan kemitraan ini seharusnya juga didorong pemerintah untuk dilakukan di lokasi lain, misalnya di Bandung Barat yang juga memiliki potensi lahan menjadi sentra susu. "Saat kita memiliki peternakan seperti ini, produktivitas peternak susu nasional tidak lagi 10-12 liter tapi setidaknya menjadi 15 liter," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×