Reporter: Handoyo | Editor: Handoyo .
Peringkat tersebut mencerminkan posisi bisnis APL yang kuat di industri properti, kualitas aset yang baik, dan pendapatan berulang APL yang terus bertumbuh yang dapat memberikan ketahanan finansial di saat kondisi pasar properti yang sulit.
Adapun faktor-faktor yang membatasi peringkat adalah leverage keuangan yang tinggi menyebabkan proteksi arus kas perusahaan menjadi lemah, risiko eksekusi terkait dengan proyek reklamasi, dan karakteristik industri properti yang sensitif terhadap perubahan keadaan makro ekonomi.
Pefindo berpotensi menaikkan kembali peringkat jika APL mampu meningkatkan profil kredit secara konsisten dari pre-sales yang kuat dari penjualan properti, serta peningkatan pendapatan berulang dari properti investasi dan aset hotel.
Baca Juga: Sepanjang pekan ini, rupiah melemah tertekan oleh sentimen eksternal dan internal
Hal ini untuk mengkompensasi volatilitas pendapatan dari penjualan properti. Sejak awal tahun hingga Agustus 2019, APL mencatatkan marketing sales Rp 1,32 triliun, termasuk pajak pertambahan nilai.
Justini Omas, Sekretaris Perusahaan APL menjelaskan strategi menyasar sejumlah kota dengan perekonomian bagus terbukti ampuh mendongkrak penjualan. Contohnya proyek Superblok Borneo Bay City di Balikpapan, Kalimantan Timur.
Kawasan yang didesain menghadap Selat Sulawesi ini menyediakan 1.200 unit apartemen dan didukung tiga mall yang sudah beroperasi. Sebagian unit mall Borneo Bay sudah diserahkan kepada konsumen tahun lalu.
Baca Juga: Suku Bunga Rendah, Multifinance Mulai Berlomba Menerbitkan Obligasi
Di Bandung, penjualan proyek Podomoro Park Bandung juga sangat positif. Lokasinya yang strategis, dekat jalan tol Buah Batu, Bandung, dan desain yang memikat, menjadi daya tarik Podomoro Park.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News