kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.318.000 -0,68%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Gaet Petani, PTPN III Melalui Pabrik Glenmore Telah Memproduksi 13.100 Ton Gula


Senin, 25 Juli 2022 / 22:32 WIB
Gaet Petani, PTPN III Melalui Pabrik Glenmore Telah Memproduksi 13.100 Ton Gula
ILUSTRASI. Truk pengangkut tebu bongkar muatan di Pabrik Gula Glenmore, PTPN XII, Banyuwangi, Jawa Timur,


Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Holding Perkebunan Nusantara PTPN III (Persero) berkomitmen meningkatkan pasokan Gula Kristal Putih (GKP) dalam negeri. Holding ini melalui melalui Pabrik Gula PT Industri Gula Glenmore (PT IGG) telah menjalankan proses penggilingan tebu mulai 9 Juni 2022. 

PT IGG telah menyerap lebih dari 199.000 tebu hasil panen yang bersumber dari lahan HGU PT Perkebunan Nusantara XII dan Petani Tebu Rakyat (PTR) per 21 Juli 2022. Dari jumlah tersebut, PT IGG mampu menghasilkan gula konsumsi sebanyak 13.100 ton. 

Perbaikan produktivitas tanaman tebu di Pabrik Gula (PG) Glenmore meningkat secara signifikan. Per Juli 2022, realisasi produktivitas tebu sendiri (TS) mencapai 75 ton per hektare (ha), meningkat 16% dibandingkan tahun 2021.

Baca Juga: PTPN Group gencar produksi tanaman kakao dan karet pada 2021

Direktur PT Industri Gula Glenmore Yus Martin menyatakan, musim giling tahun ini sangat menantang karena target penggilingan gula naik 124% dibandingkan 2021. 

"Namun, kami optimistis dapat menggiling 887.000 ton, dengan hasil produksi 71.000 ton GKP dengan kualitas terbaik," kata Yus dalam keterangannya, Senin (25/7).

Ia menjabarkan, dari 199.140 ton tebu yang digilingsepanjang 41 hari tersebut, mayoritas berasal dari wilayah Banyuwangi, Jember dan sekitarnya. Bahan Baku Tebu (BBT) diperoleh dari areal PT Perkebunan Nusantara XII sebesar 90% dan sisanya sekitar 10% diperoleh dari areal tebu rakyat. 

Di sisi lain, PT IGG dihadapkan pada tantangan pada proses budidaya tebu yaitu adanya Badai La Nina.  Kondisi ini akan berdampak pada tingginya curah hujan, sehingga berdampak pada turunnya produktivitas hingga gagal panen. 

Terkait hal ini, PT IGG bersama PTPN XII akan melakukan langkah antisipasi dan berupaya meningkatkan produktivitas tebu.

PT IGG sebagai anak usaha PTPN XII,  akan melakukan perbaikan sarana dan prasarana, baik di sektor on farm maupun off farm

Perbaikan tersebut berguna untuk menjaga konsistensi pasokan tebu, peningkatan keandalan pabrik, serta operational excellence di setiap proses bisnisnya.  Salah satu strategi menjaga produktivitas tebu adalah pengawalan proses TMA (Tebang Muat Angkut).

“Kami selalu berupaya agar operasional giling dapat berjalan dengan lancar dengan cara perawatan dari sisi on farm serta melakukan perbaikan-perbaikan di berbagai mesin produksi dan pendukung pada saat off season kemarin,” ujar Yus Martin. 

Lebih lanjut, ia berharap, operasional giling tahun ini bisa berjalan lancar dan bisa memproduksi gula konsumsi dengan jumlah yang lebih banyak.  Hal ini akan meningkatkan kapasitas serapan tebu dari kebun PTPN XII dan petani, dan berujung pada dukungan kinerja PTPN Group kepada pemerintah terkait stabilisasi harga gula di pasar dalam negeri.

Hingga Kamis (21/07), kinerja operasional Pabrik Gula (PG) Glenmore cukup menggembirakan.  Yus mengatakan, kualitas produk GKP telah berstandar SNI serta bersertifikat halal. 

Gula konsumsi PG Glenmore terjamin keamanannya, sehingga menepis kekhawatiran di mata konsumen.  Selain itu, efisiensi operasional pabrik, meningkat dibanding tahun 2021.  Hal ini tentunya sangat positif, dan terus dipertahankan sampai hingga akhir musim giling tahun 2022.

Setiap musim giling, PG Glenmore melibatkan tenaga kerja pabrik hingga 800 orang. Musim giling turut menciptakan lapangan kerja bagi 5.000 pekerja tenaga tebang tebu, serta lebih dari 600 pekerja transportasi yang mengoperasikan 600 kendaraan angkutan tebu dan 50 cane grabber.  Durasi musim giling berkisar 140 hari. 

“Selama musim giling, PT IGG mampu menggerakkan dan menghasilkan dampak lanjutan (multiplier effect) bagi perekonomian warga Banyuwangi dan sekitarnya, dalam bentuk penciptaan lapangan kerja, serta pembelian tebu hasil panen PTR,” jelas Yus Martin.

Baca Juga: Badan Pangan Nasional Terus Kawal Stabilisasi Pasokan Gula

Keberadaan gula sebagai bahan pangan penting menjadikan PG memiliki peran sentral dalam ekonomi pangan Indonesia. 

PG tidak hanya menjadi industri pengolah hasil panen petani sekitar tetapi juga berkontribusi secara signifikan terhadap penyerapan tenaga lokal dan membantu percepatan pertumbuhan perekonomian daerah khususnya Banyuwangi.

Di samping itu, monitoring proses pasokan BBT juga telah didukung oleh teknologi Sistem Informasi Manajemen Pabrik Gula (SIM PG) untuk memastikan kontinuitas pasokan tebu, serta Teknologi Core Sampler juga telah dihadirkan sebagai wujud komitmen transparansi terhadap petani.

"Tidak sedikit petani Banyuwangi sukses dengan bercocok tanam tebu yang sekaligus didukung oleh teknologi pengolahan BBT yang transparan. Tentu hal ini dapat dirasakan langsung dampak ekonominya dalam setiap musim giling PT IGG ini," pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×