kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45926,73   11,38   1.24%
  • EMAS1.325.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Gajah Tunggal akuisisi Filamendo Sakti demi pasokan benang untuk ban


Selasa, 28 Agustus 2018 / 20:01 WIB
Gajah Tunggal akuisisi Filamendo Sakti demi pasokan benang untuk ban
ILUSTRASI. Penjualan Ban Produksi PT Gajah Tunggal Tbk


Reporter: Eldo Christoffel Rafael | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Gajah Tunggal Tbk (GJTL) baru saja mengakuisisi 92,9% saham PT Filamendo Sakti milik PT Polychem Indonesia Tbk (ADMG).

Dalam keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI),akuisisi ini bernilai Rp 4,55 miliar. Sebenarnya, transaksi ini adalah transaksi afiliasi karena Gajah Tunggal memiliki 25,56% saham Polychem. Perjanjian jual beli diteken pada 28 Juni 2018.

Gajah Tunggal mengakuisisi Filamendo untuk menjamin pasokan, kualitas serta menurunkan biaya produksi untuk melanjutkan integrasi vertikal hulu rantai produksi.
Filamendo memproduksi benang filament nilon 6 yang merupakan bahan baku utama kain ban nilon 6.

Direktur PT Gajah Tunggal Tbk (GJTL), Catharina Widjaja, menjelaskan pada restrukturisasi bisnis perusahaan tahun 2004, saham Filamendo belum bisa diambil sepenuhnya. Namun sejak dulu GJTL masih terus membeli rutin benang dari Filamendo.

"Tidak ada efek besar. Hanya menjadi productive asset. Serta kita kontrol penuh mereka dan misalnya butuh filamen sewaktu-waktu kepastiannya terus ada," jelas Catharina, di Bursa Efek Indonesia (BEI), Selasa (28/8).

Mengenai pembesaran usaha Filamendo, Gajah Tunggal belum mau menjelaskan secara spesifik. Yang jelas perusahaan ban ini juga belum ada rencana akusisi baru dalam waktu dekat.

Sedangkan untuk kinerja tahun ini, GJTL mengincar kenaikan pendapatan naik 5% sampai 10%. Hal ini didorong dari penjualan domestik dan juga ekspor. "Saat ini porsi ekspor kita 35% dan kami maunya menjadi 40%. Sedangkan untuk domestik 60%," paparnya.

Salah satu sasarannya masih di daerah Amerika. Meski di semester I-2018 penjualan ke daerah tersebut menurun 10%. Di semester I-2018 penjualan ke daerah tersebut mencapai 71% dari total penjualan. Padahal di periode sama tahun sebelumnya mencapai 71%. "Secara nilai kami tetap usahakan besar meskipun secara proporsinya turun," jelasnya.

Selain itu GJTL mengincar pasar ekspor ke Eropa. Khususnya untuk ban Truck Bus Radial (TBR) yang saat ini, negara Eropa menerapkan anti dumping ke produk Cina.

Semester I-2018 proporsi pendatan dari Eropa memang baru 4%. "Di domestik kami juga kerjasama dengan ATPM seperti Hino dan ban bus Trans Jakarta sudah gunakan bus kami," paparnya.

Sedangkan untuk daerah negara baru, GJTL belum ada rencana. Perusahaan yang sudah berdiri sejak 1951 ini masih akan fokus ke negara yang sudah eksisting.

Gajah Tunggal saat ini memproduksi ban TBR dengan kapasitas mencapai 2.000 ban per hari. Dan tahun depan ditargetkan kapasitas akan meningkat menjadi 3.500 ban per hari.

Tantangan GJTL sebenarnya ada di bahan baku. Saat ini harga bahan baku karet walaupun membeli di Indonesia, namun harga patokan mengikuti harga komoditas global yang mengguankan mata uang dollar Amerika.

Selain itu karet sintetis secara tidak langsung mengikuti harga minyak global. "Komponen raw material memakan beban 60% dari total biaya produksi kami," jelasnya.

Dalam laporan keuangan semester I-2018 penjualan bersih Gajah Tunggal tercatat Rp 7,179 triliun atau turun 0,9% dari periode sama tahun sebelumnya sebanyak
Rp 7,248 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×