kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45921,14   1,63   0.18%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Gakopkindo targetkan impor kedelai 30.000 ton


Minggu, 26 Januari 2014 / 13:47 WIB
Gakopkindo targetkan impor kedelai 30.000 ton
ILUSTRASI. Sereh efektif menurunkan asam urat tinggi.


Reporter: Handoyo | Editor: Dikky Setiawan

JAKARTA. Gabungan Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (Gakoptindo) merencanakan impor kedelai sebanyak 30.000 ton pada tahun ini. Langkah yang diambil Gakoptindo ini sebagai upaya untuk menjaga stabilitas pasokan kedelai bagi para anggotanya.

Aip Syarifudin Ketua Gakoptindo mengatakan, untuk tahap pertama Gakoptindo telah merealisasikan impor kedelai sebanyak 108 ton asal Amerika. "Sudah masuk pelabuhan, masih proses di bea cukai," kata Aip akhir pekan lalu.

Untuk dapat melakukan impor kedelai tersebut Aip bilang Gakoptindo harus mengeluarkan kocek sekitar Rp 800 juta. Catatan saja, harga beli kedelai dari Gakoptindo sendiri US$ 613,54 per ton. Harga tersebut belum termasuk biaya pengiriman dan pungutan lain.

Kedelai yang diimpor Gakoptindo menurut Aip merupakan jenis grade I atau memang untuk konsumsi. Selain di Jakarta, rencananya pemasaran kedelai tersebut akan dipasarkan ke beberapa daerah sentra produksi tahu dan tempe lain.

Aip sendiri mengaku pihaknya masih belum dapat memberikan harga jual untuk kedelai yang diimpor tersebut. Meski demikian, dia menjanjikan harga kedelai yang akan dijual tersebut tidak jauh berbeda dengan kedelai impor yang dilakukan oleh perusahaan swasta.

Aip mencontohkan, saat ini di Yogyakarta harga kedelai yang dibeli pengrajin dengan kualitas normal berada dikisaran Rp 8.400 per kilogram (kg). "Kita tidak cari untung, yang penting tidak rugi saja," kata Aip.

Setelah dapat merealisasikan impor perdana tersebut, Gakoptindo secara rutin akan melakukan impor setiap bulan. Apalagi pihaknya telah mendapat bantuan keringan pembayaran untuk dapat melakukan impor dari pihak Amerika. Bantuan tersebut berupa kelonggaran pembayaran hingga 90 hari setelah pengiriman barang.

Untuk bulan Februari mendatang Gakoptindo telah ancang-ancang untuk melakukan impor kedelai yang kedua. Jumlahnya juga lebih banyak dari yang pertama, yakni sekitar 1.000 ton-2.000 ton. "Meski sedikit, yang penting stabilitas pasokan ada," kata Aip.

Sekedar gambaran saja, kebutuhan kedelai untuk pengrajin tempe dan tahu setiap bulannya mencapai 132.000 ton, atau 1,6 juta per tahun. Dengan perhitungan impor yang mampu direalisasikan pada tahun ini tersebut, maka Gakoptindo hanya menguasai kurang dari 2% dari kebutuhan kedelai bagi pengrajin teme dan tahu.

Sebelumnya untuk mengurangi ketergantungan terhadap impor kedelai, produksi perlu didorong dengan cara memberikan insentif melalui kebijakan harga di tingkat petani. Dengan begitu, para petani akan terdorong untuk menanam kedelai sehingga produksi kedelai diharapkan akan ada peningkatan.

Menteri Perdagangan Gita Wirjawan mengungkapkan hal itu, tatkala menjawab pertanyaan seputar penerbitan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 84/M-DAG/PER/12/2013 tentang Penetapan Harga Pembelian Kedelai Petani Dalam Rangka Pengamanan Harga Kedelai di Tingkat Petani.

Saat ini kebutuhan kedelai nasional masih cukup besar namun memiliki ketergantungan terhadap impor yang masih cukup tinggi sekitar 60% - 70%. IInsentif harga diberikan dalam bentuk penetapan Harga Beli Petani (HBP) Kedelai yang ditentukan dengan mempertimbangkan biaya usaha tani kedelai, dampak terhadap tingkat inflasi dan keuntungan petani.

Catatan saja, HBP Kedelai merupakan harga acuan pembelian kedelai di tingkat petani yang ditetapkan setiap 3 (tiga) bulan. Adapun HBP yang ditetapkan untuk periode Januari-Maret 2014 adalah sebesar Rp 7.500 per kg atau naik Rp 100 per kg dibanding periode sebelumnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×