Reporter: Handoyo | Editor: Herlina Kartika Dewi
JAKARTA. Kementerian Perdagangan (Kemendag) menetapkan harga beli petani untuk komoditas kedelai periode Januari-Maret 2014 sebesar Rp 7.500 per kilogram (kg). Harga tersebut lebih tinggi Rp 100 per kg dibandingkan periode Oktober-Desember yang sebesar Rp 7.400 per kg.
Kebijakan ini tertuang dalam Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) Nomor 84/M-DAG/PER/12/2013 tentang Penetapan Harga Pembelian Kedelai Petani yang ditandatangani pada 31 Desember 2013. Penetapan Harga Beli Petani (HBP) ini telah disesuaikan dengan biaya tenaga kerja serta komponen penunjang dalam kegiatan penanaman kedelai.
Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan Srie Agustina mengatakan, kenaikan HBP Kedelai sebesar Rp 100 per kg ini disebabkan oleh adanya kenaikan harga benih, harga pupuk, serta tingkat produktivitas kedelai per hektar (ha).
Belum jelas dampak kenaikan HBP Kedelai kepada petani. Yang jelas, saat ini harga jual kedelai petani masih lebih tinggi dari batas minimal yang ditetepkan oleh Kemendag. "Saya jual Rp 8.500 per kg," ujar Timin Kartodohardjo, petani kedelai asal Nganjuk Jawa Timur, kepada KONTAN Rabu (8/1).
Meski demikian, Timin bilang idealnya harga beli kedelai untuk petani dinaikkan hingga Rp 10.000 per kg. Harga tersebut menurut Timin disesuaikan dengan banyaknya komponen yang harus dikeluarkan oleh petani mulai dari bibit, pupuk, bahan bakar solar, dan tenaga kerja.
Biaya produksi juga bakal membengkak bila kondisi cuaca tidak bersahabat di awal tahun ini. Hujan dengan intensitas tinggi mulai mengguyur lahan para petani kedelai. "Saat ini banyak petani tidak menanam kedelai, karena hujan," kata Timin.
Timin mengaku hanya memiliki satu hektar (ha) lahan kedelai. Dari luas areal yang dimiliki, hasil panennya mencapai sekitar 19 kuintal per tiga bulan. Sementara, rata-rata produksi di Jawa Timur hanya sekitar 11 kuintal per tiga bulan.
Catatan saja, pada tahun 2013 realisasi produksi kedelai nasional mencapai 810.000 ton atau 81% dari target yang dipatok pemerintah yang sebesar satu juta ton. Realisasi produksi kedelai tahun 2013 ini lebih rendah ketimbang produksi kedelai tahun 2012 yang mencapai 840.000 ton. Nah, untuk tahun ini, Kementerian Pertanian menargetkan produksi kedelai bisa terkerek menjadi 1,5 juta ton.
Johan Fadil, Sekretaris Jenderal Perajin Tahu Tempe Indonesia (Hipertindo) mengatakan, kenaikan harga beli kedelai di tingkat petani lokal tidak akan berpengaruh terhadap pengrajin tempe dan tahu. Pasalnya, "Selama ini kami menggunakan kedelai impor," ujar Fadil.
Di tingkat eceran, harga kedelai yang dibeli oleh para pengrajin teme dan tahu saat ini sekitar Rp 8.500 per kg-Rp 9.000 per kg. Lantaran masih bergantung pada kedelai impor, harga beli kedelai oleh pengrajin tempe masih harus terpengaruh oleh harga kedelai di pasar internasional.
Rachmat Pambudy, Wakil Ketua Umum Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) menilai, kebijakan pemerintah dalam pengembangan komoditi kedelai lokal masih tidak konsisten. Akibatnya peningkatan produksi kedelai yang dilakukan oleh petani lokal menjadi sia-sia karena sering terganggu dengan masuknya kedelai impor.
Rachmat menyarankan agar izin impor kedelai hanya diberikan kepada perusahaan plat merah alias BUMN. Harapannya, kegiatan impor kedelai bisa lebih mudah dipantau. "Jika importir kedelai adalah perusahaan swasta, harga kedelai rawan dipermainkan," kata Rachmat.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News