Reporter: Ratih Waseso | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Gabungan Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (Gakoptindo) meminta pemerintah melakukan pengawasan importasi kedelai, terutama yang digunakan untuk kebutuhan konsumsi.
Ketua Umum Gakoptindo Aip Syarifuddin menceritakan, selama kurang lebih lima bulan ini, sekitar 10%-20% anggota Gakoptindo mendapatkan kedelai dengan kualitas yang kurang baik atau grade 2, 3 dan 4. Kedelai dengan kualitas tersebut Aip menyebut, biasanya digunakan untuk pakan ternak.
Atas hal tersebut, Gakoptindo telah bersurat kepada Menteri Perdagangan agar dilakukan pengawasan dan evaluasi atas izin impor kedelai. Pasalnya dengan kualitas kedelai tersebut membuat pengrajin tempe dan tahu merugi karena produksi yang tidak maksimal.
"Dari Kemendag belum ada respons. Kedelai grade 2,3 dan 4, kalau dibuat tempe tidak bisa jadi. Akhirnya kami pengrajin tempe tahu rugi dua kali. Sudah harga kedelai naik terus dam tempe tidak jadi dan tidak bisa dijual," keluh Aip kepada Kontan.co.id, Kamis (14/7).
Baca Juga: Impor China Bulan Lalu Turun Tajam, Jalan Bergelombang Pemulihan Ekonomi Ada di Depan
Aip menyebut, jika minggu ini masih belum didapatkan jawaban dari Kementerian Perdagangan atas keluhan para pengrajin, Gakoptindo berencana bersurat kembali kepada Menteri Perdagangan Senin atau Selasa pekan depan.
"Kalau hingga minggu ini belum ada jawaban konkret dari Kemendag. Senin atau Selasa depan saya layangkan lagi surat dengan tembusan lagi ke Presiden," imbuhnya.
Ia menambahkan, pemerintah perlu menerbitkan aturan dan mengawasi para importir kedelai yang memanfaatkan kondisi harga yang tinggi saat ini. Yakni memasukkan kedelai pakan ternak namun dijual untuk konsumsi, terutama kepada pengrajin tahu tempe. Meski demikian, Aip mengaku tak seluruh importir kedelai berlaku demikian.
Aip bilang, ada lebih dari 20 perusahaan importir kedelai . Pasalnya, sistem perdagangan kedelai tergolong bebas dan tidak diatur. Sehingga siapa saja bisa melakukan impor.
Imbasnya, banyak importir jadi-jadian yang hanya mencari untung saja. Importir jadi-jadian ini kesempatan memasukkan kedelai pakan ternak karena murah dan laku.
Makanya, "Perlu pengawasan importir oleh kementerian perdagangan," ungkapnya.
Baca Juga: Gakoptindo: Kenaikan Harga Kedelai Global Berdampak Terhadap Industri Tempe dan Tahu
Aip menceritakan sejak Desember tahun lalu, kenaikan harga kedelai sudah dirasakan pengrajin. Hingga ada akhirnya pemerintah memberikan subsidi kedelai sebesar Rp 1.000 per kilogram bagi pengrajin tahu tempe yang tergabung dalam Gakoptindo.
Saat ini rata-rata harga kedelai yang dibayarkan para pengrajin dengan adanya subsidi sekitar Rp 11.500 perkilogram.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News