Reporter: Femi Adi Soempeno, Bloomberg |
BANGKOK/SINGAPURA. Beras, komoditi biji-bijian yang memiliki kinerja terburuk tahun ini, kemungkinan akan mulai reli seiring dengan konsumen maupun investor yang mencari alternatif lain selain gandum.
Harga makanan pokok hampir separuh isi dunia ini anjlok sebesar 25% sepanjang tahun 2010 ini Chicago; sementara harga gandum sudah menekuk dua kali lipat lebih besar sejak Juni 2010 lalu.
Terakhir kali harga beras terbabat besar-besaran adalah pada bulan Februari 2008, dua bulan sebelum harga beras akhirnya menyentuh level tertinggi dalam krisis makanan global. Kekeringan di Thailand dan banjir di Pakistan yang biasanya mengapalkan ke pasar ekspor sebesar 43% dari global ekspor, kemungkinan akan mulai mengancam suplai beras dunia.
"Saat ini kita sangat bullish, dan melihat adanya peluang untuk kembali (naik)," kata Jonathan Barratt, Managing Director Commodity Broking Services Pty di Australia, Senin (23/8).
Ia menghitung harga beras akan naik 34% menjadi US$ 15 per 100 pound pada bulan Desember 2010 mendatang, dari US$ 11,175 per 100 pounds saat ini.
Sementara itu, harga gandum saat ini sudah meningkat 51% dan jagung sudah naik 21% sejak Barratt menegaskan pada 25 Juni 2010 lalu bahwa harga biji-bijian sangatlah murah.
Menurut US Department of Agriculture, konsumsi beras kemungkinan akan naik sebesar 4% pada tahun 2010-2011 seiring perekonomian dengan pemulihan perekonomian menyurung tingkat pembelanjaan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News