Reporter: Tendi Mahadi | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) PT Astra International Tbk (ASII) pada hari ini, menyetujui Priyono Soegiarto menjabat Komisaris Utama perusahaan. Sedangkan posisi Presiden Direktur diisi oleh Djony Bunarto Tjondro yang sebelumnya menjabat Wakil Presiden Direktur Astra.
RUPST ASII tersebut merupakan salah satu aksi korporasi yang ditunggu pelaku pasar. Astra saat ini juga memiliki tujuh segmen usaha yakni otomotif, jasa keuangan, alat berat, pertambangan, konstruksi dan energi, agribisnis, infrastruktur dan logistik, teknologi informasi, serta properti.
Baca Juga: Rombak jajaran direksi dan bagi dividen, ini hasil RUPST Astra International (ASII)
Berdasarkan data Maret 2020, Astra memiliki lebih dari 235 anak perusahaan dan didukung lebih dari 216.000 karyawan.
Di sisi lain, di tengah berbagai tantangan ekonomi yang menghadang saat ini. ASII dinilai perlu berinovasi agar tak cuma bertahan, namun juga agar bisa tetap tumbuh.
Direktur Anugerah Mega Investama, Hans Kwee menekankan pentingnya inovasi baru untuk meraih kinerja yang lebih baik. Dalam konteks itu, ia berpendapat, perubahan susunan anggota direksi dan komisaris ASII merupakan hal biasa, yang penting adalah harus properubahan.
Sebab, ASII dinilai sebagai perusahaan yang solid dan besar. Karenanya, prospek saham emiten sektor aneka industri tersebut dinilai tetap menjanjikan.
Baca Juga: Sah! Astra International ganti Presiden Direktur, siapa Djoni Bunarto?
Dikatakan, perusahaan go public cenderung memiliki ketahanan untuk bertahan di tengah kondisi krisis ekonomi seperti saat ini. Ia menilai, prospek saham Astra masih menjanjikan ke depan.
Asalkan diikuti perubahan model bisnis, seperti efisiensi. Selain itu, perusahaan juga harus mampu mengubah strategi bisnis demi mendongkrak kinerjanya.
"Ke depan lini bisnis keuangan tetap masih menjanjikan, demikian pula dengan komoditas diprediksi akan meningkat. CPO menjanjikan karena kebutuhan biofuel,” ujar dia dalam keterangannya, Selasa (16/6).
Selain itu, suku cadang mobil juga masih menjanjikan karena walaupun orang tidak beli mobil, tetapi servis kendaraan terus berjalan.
Baca Juga: Harganya anjlok, saham-saham konglomerasi ini masih layak dikoleksi
Di lini bisnis otomotif, ASII dinilai masih prospektif meskipun penjualan produk saat ini terpukul. Menurutnya, permintaan produk otomotif, terutama mobil diperkirakan masih akan banyak. “Terlebih di tengah kondisi pandemi seperti ini, orang akan cenderung memilih menggunakan mobil pribadi ketimbang naik kendaraan umum,” ujarnya.
Untuk lini bisnis alat berat, Hans optimistis masih mampu berkembang ke depan. Sebab, alat berat masih tetap dibutuhkan.
Sebelumnya, Head of Investment Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana mengatakan pada situasi seperti saat ini dibutuhkan kepemimpinan yang bisa membuat inovasi baru dengan memanfaatkan teknologi.
Ia meyakini, Astra akan cepat pulih setelah pandemi Covid-19 berakhir. Alasannya, kalau kondisi industri otomotifnya bisa berproduksi dan jualan lagi, pasti bisa cepat pulih.Selain itu, Astra juga didukung oleh beragam lini bisnis yang mampu memberikan kinerja positif bagi perseroan.
Baca Juga: Penjualan mobil sampai bulan Mei anjlok 41%, pangsa pasar Astra melorot
Di sisi lain Ketua Umum Asosiasi Emiten Indonesia (AEI), Fransiscus Welirang menilai masa new normal sangat dinantikan karena bisa menjadi sentimen positif bagi emiten. Karena itu, ia berharap kinerja emiten bluechip bisa membawa sentimen positif bagi pasar saham secara keseluruhan.
Dikatakan, dengan tatanan kehidupan baru, sektor riil akan kembali menggeliat. Korporasi yang sahamnya tercatat di bursa akan bangkit, berekspansi, dan mencetak keuntungan. Otomatis roda ekonomi akan berputar lebih kencang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News