kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,52%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Gapki: Ekspor minyak sawit Indonesia ke India naik 51% per September 2019


Rabu, 20 November 2019 / 22:37 WIB
Gapki: Ekspor minyak sawit Indonesia ke India naik 51% per September 2019
ILUSTRASI. Petani memindahkan buah kelapa sawit yang baru dipanen, di Padangpariaman, Sumatera Barat, Senin (16/7).


Reporter: Noverius Laoli | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) mencatat ekspor minyak sawit ke Indonesia ke India meningkat tajam 51% pada September 2019 dibandingkan bulan sebelumnya menjadi 481.000 ton.

Kenaikan ekspor minyak sawit ini karena perubahan kebijakan tarif bea masuk dari Indonesia yang menjadi sama dengan sawit dari Malaysia ke India. Gapki mencatat produksi sawit Indonesia tumbuh 13% secara tahunan menjadi 36 juta ton pada September 2019. 

Baca Juga: Harga saham sektor CPO masuk zona hijau, begini rekomendasi analis

Dari total produksi tersebut, 26 ton terserap di pasar ekspor atau tumbuh 13% dibandingkan ekspor pada Agustus 2019 dan naik 4% secara tahunan.

Direktur Eksekutif Gapki Mukti Sardjono mengatakan, produksi minyak sawit pada September turun 2% dibandingkan bulan Agustus 2019. Produksi sawit di sejumlah provinsi tercatat turun antara lain Sumatra Utara, Kalimantan Tengah dan Jambi.

Namun penurunan produksi itu ditutupi dengan kenaikan produks di sejumlah provinsi lainnya. "Sampai dengan bulan September tahun ini, hujan masih belum turun sehingga telah terjadi water deficit yang mempengaruhi pembentukan bunga betina," ujar Mukti dalam siaran pers, Rabu (20/11). 

Selain itu, kemarau panjang sepanjang tahun 2019 juga menyebabkan pemupukan masih belum dapat dilakukan. Kedua hal tersebut akan mempengaruhi pencapaian produksi tahun depan.

Baca Juga: Gapki: Upaya Uni Eropa mendiskriminasi sawit mendesak diselesaikan

Sementara itu, konsumsi domestik minyak sawit sampai dengan bulan September mencapai 13,1 juta ton atau sekitar 38% lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Penyerapan minyak sawit terbesar di pasar domestik adalah untuk biodiesel yang meningkat dua kali lipat.

Untuk pasar ekspor bulan September dibandingkan Agustus 2019, kenaikan terjadi pada semua semua produk kecuali biodiesel dan minyak laurat. Penurunan ekspor biodiesel yang besar terjadi pada pasar tujuan Tiongkok, negara Asia Tenggara dan Asia Timur lainnya.

Meskipun demikian, volume ekspor terbesar sampai dengan September 2019 (year to date) masih ke Tiongkok sebesar 4,8 juta ton. Diikuti oleh Uni Eropa sebesar 4 juta ton, negara-negara Asia Tenggara dan Asia Timur selain Tiongkok sebesar 3,8 juta ton, Afrika sebesar 3,7 juta ton, dan India 3,3 juta ton.

Untuk volume ekspor September 2019 saja, ekspor terbesar adalah ke Afrika sebanyak 687.000 ton atau senilai US$ 402 juta. Diikuti oleh Tiongkok 560.000 ton (US$ 286 juta), India 481.000 ton (US$ 238 juta), dan Uni Eropa 315.000 ton (US$ 155,6 juta).

Baca Juga: Pemerintah dan Gapki dorong sertifikasi ISPO, akhir 2020 ditargetkan rampung  

Dengan produksi, ekspor, dan konsumsi seperti tersebut di atas, stok minyak sawit pada bulan September 2019 turun 2% dibandingkan stok bulan sebelumnya menjadi 3,73 juta ton.

Dari segi harga, minyak sawit telah menunjukkan kenaikan yang konsisten sejak Juli 2019 dan mencapai US$ 680 cif Rotterdam.

Selain karena memasuki musim dingin, di mana harga lemak dan minyak pada umumnya naik, juga disebabkan oleh turunnya stok karena produksi yang kurang baik serta kekhawatiran berkurangnya ekspor minyak sawit Indonesia karena digunakan untuk energi.

Baca Juga: Buka IPOC 2019, ini yang jadi sorotan Ma'ruf Amin untuk industri sawit Indonesia

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×