kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.919   11,00   0,07%
  • IDX 7.193   52,26   0,73%
  • KOMPAS100 1.105   10,19   0,93%
  • LQ45 877   10,63   1,23%
  • ISSI 221   0,76   0,35%
  • IDX30 448   5,44   1,23%
  • IDXHIDIV20 539   4,64   0,87%
  • IDX80 127   1,28   1,02%
  • IDXV30 134   0,28   0,21%
  • IDXQ30 149   1,42   0,96%

Gapki Ungkap Indonesia Belum Bisa Atur Harga Minyak Nabagi Dunia


Kamis, 29 Agustus 2024 / 18:20 WIB
Gapki Ungkap Indonesia Belum Bisa Atur Harga Minyak Nabagi Dunia
ILUSTRASI. Pekerja menurunkan tandan buah segar dari bak mobil di salah satu rumah jual beli hasil perkebunan sawit di Kota Bengkulu, Bengkulu, Jumat (5/7/2024). Gapki mengatakan kelapa sawit baru menguasai 30% pangsa pasar minyak nabati dunia, itu pun berasal dari banyak negara.


Reporter: Lailatul Anisah | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - BELITUNG. Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) menegaskan bahwa Indonesia tidak akan bisa mengatur harga minyak nabati dunia meskipun menjadi pemasok minyak sawit terbesar di tingkat global. 

Alasanya, adalah pangsa pasar global  minyak sawit hanya menguasai 33% dari total minyak nabati dunia. Itupun, lanjutnya, jumlah ini bersumber dari beberapa negara seperti Indonesia, Malaysia, Amerika Latin dan Afrika. 

Sementara 67% pasokan minyak nabati global lainya banyak dicukupi dari minyak biji bunga matahari, rapeseed, hingga minyak kedelai. 

Baca Juga: Kinerja Devisa Ekspor Sawit Masih Rentan

"Sekarang kita tidak bisa (menentukan harga CPO dunia) karena baru 33%, walaupun (Indonesia) itu sudah tertinggi saat ini, lalu ada minyak kedelai di bawah 30% (pangsanya), kemudian minyak-minyak yang lain," kata Ketua Umum Gapki Eddy Martono dalam acara Kontribusi Sawit Untuk APBN dan Perekonomian, di Belitung, Selasa (27/8) malam. 

Posisi market yang hanya 33% ini menurutnya tidak cukup kuat untuk mempengaruhi harga minyak nabati dunia. Untuk bisa menjadi penentu harga, setidaknya pangsa pasar global untuk minyak sawit harus lebih dari 50%.

Bahkan menurutnya negara yang sudah memiliki bursa minyak sawit mentah (CPO) pun seperti Malaysia menurutnya tidak belum tentu bisa menentukan harga minyak nabati dunia. 

Baca Juga: Ekspor CPO Anjlok 39,22%, Gapki Ungkap Sebabnya

Layaknya hukum permintaan dan penawaran, apabila supplay sedikit tapi demand meningkat, maka yang terjadi adalah kenaikan harga pada CPO. Hal tersebut juga berlaku pada negara yang sudah memiliki bursa sendiri seperti Negeri Jiran itu. 

"Jadi Malaysia itu juga sama sebetulnya, bukan mereka bisa menetapkan harga sendiri tapi itu murni pertemuan supply demand sehingga terbentuk harga disitu," ujar Eddy. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×