Reporter: Dimas Andi | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pandemi virus Corona tampak mempengaruhi agenda-agenda bisnis PT Ancora Indonesia Resources Tbk (OKAS) di tahun ini. Salah satu proyek yang sedang dijalani oleh OKAS adalah pembangunan pabrik booster di Kalimantan Timur yang dikelola anak usahanya yakni PT Multi Nitrotama Kimia (MNK)
Direktur Utama OKAS Rolaw P. Samosir mengatakan, awalnya proyek pabrik booster tersebut dijadwalkan akan beroperasi di akhir tahun 2020. Namun, ada kemungkinan proyek ini tertunda waktu penyelesaiannya akibat penyebaran wabah Corona. “Waktu beroperasinya pabrik booster tersebut sangat bergantung dari kapan berakhirnya pandemi Covid-19,” ujar dia, Minggu (4/5) malam.
Baca Juga: Ancora Indonesia Resources (OKAS) raih kinerja cemerlang di tahun 2019
Di samping itu, proyek tambang emas OKAS yang dilakukan anak usahanya PT Indotan Lombok Barat Bangkit (ILBB) juga terancam kelangsungannya akibat wabah Corona.
Rolaw menyebut, jadwal beroperasinya tambang emas tersebut diperkirakan akan mengalami penundaan, karena investor atau kreditur menunda keputusan untuk memberikan pendanaan kepada ILBB. Asal tahu saja, sejatinya OKAS menargetkan tambang emas tersebut akan mulai beroperasi secara komersial di semester II-2021.
Sayangnya, Rolaw belum bisa menyebut potensi perubahan nilai belanja modal atau capital expenditure (capex) untuk kedua proyek tadi. Dalam catatan Kontan, tahun ini manajemen OKAS menganggarkan US$ 8,5 juta untuk berbagai kegiatan ekspansi bisnis.
Selain kelangsungan proyek, OKAS juga masih mencermati dampak penurunan harga minyak yang signifikan terhadap prospek bisnis jasa migas perusahaan tersebut lewat PT Bormindo Nusantara.
Baca Juga: Ancora Indonesia Resources (OKAS) percaya permintaan amonia nitrat masih tumbuh
Rolaw mengaku, hingga kuartal pertama lalu, koreksi harga minya dunia belum terlalu berpengaruh terhadap kinerja Bormindo. Dalam hal ini, pendapatan Bormindo masih mengalami sedikit kenaikan secara tahunan, namun EBITDA perusahaan mengalami penurunan akibat kerugian selisih kurs. “Ini karena sebagian besar pinjaman Bormindo dalam mata uang asing, sedangkan laporan keuangan Bormindo memakai rupiah,” ujar dia.
Ia pun memperkirakan kinerja bisnis jasa migas OKAS baru akan terpengaruh pandemi Corona di kuartal kedua tahun ini. Kendati demikian, pihaknya tetap berusaha mendapatkan pelanggan baru di tengah ketidakpastian kondisi ekonomi saat ini sambil melanjutkan usaha efisiensi guna meminimalisasi dampak negatif wabah Corona.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News