kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45893,43   -4,59   -0.51%
  • EMAS1.326.000 1,53%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Gara-gara virus corona, satu proyek pembangkit listrik panas bumi molor


Senin, 30 Maret 2020 / 16:41 WIB
Gara-gara virus corona, satu proyek pembangkit listrik panas bumi molor


Reporter: Filemon Agung | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengungkapkan, satu dari tiga proyek panas bumi yang dijadwalkan beroperasi tahun ini terancam mundur akibat pandemi virus corona.

Direktur Panas Bumi Kementerian ESDM Ida Nuryatin Finahari mengatakan, satu proyek yang terancam molor adalah Proyek Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Sokoria Unit 1 di Kabupaten Ende.

"Dari ketiga proyek tersebut, kelihatannya yang akan mundur PLTP Soria karena Bupati Ende telah melakukan lockdown daerah," ungkap Ida ketika dihubungi Kontan.co.id, Senin (30/3).

Baca Juga: Asosiasi: Corona hingga pelemahan rupiah berdampak ke proyek panas bumi

Ida melanjutkan, dua proyek lainnya masih akan tetap diupayakan untuk dapat beroperasi sesuai jadwal yang ada. Sedianya, Kementerian ESDM menargetkan tiga PLTP yang akan beroperasi komersial alias Commercial Operation Date (COD).

Ketiga PLTP itu berkapasitas total 140 Megawatt (MW). Rincinya, PLTP Rantau Dadap sebesar 90 MW, PLTP Sorik Merapi 45 MW dan PLTP Sokoria 5 MW.

Ida memastikan, seluruh proyek panas bumi tersebut tengah dalam tahapan pembangunan tenaga pembangkit. Kendati demikian, Ida masih enggan merinci seberapa lama proyek PLTP Sokoria akan mundur dari jadwal.

Sebelumnya, Asosiasi Panas Bumi Indonesia (API) menilai kondisi pandemi virus corona dan pelemahan nilai tukar rupiah berpotensi memberikan dampak negatif pada proyek-proyek panas bumi.

Ketua API Priyandaru Effendi mengatakan, di tengah kondisi saat ini, baik investor maupun PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) akan turut terdampak.

"Pelemahan rupiah tentu menjadi isu besar karena harga jual listrik dari pembangkit ke PLN dalam bentuk dolar AS, sementara PLN menjual listrik ke masyarakat dalam rupiah," ujar Priyandaru, kepada Kontan.co.id Rabu (25/3).

Priyandaru melanjutkan, kondisi ini berlaku untuk semua jenis pembangkit yang menjual listrik dalam dolar AS.

Baca Juga: Beroperasi sejak tahun 1982, PLTP Kamojang hasilkan produksi listrik hingga 2,4 GWh

Tak hanya itu, jatuhnya harga minyak yang terjadi beberapa waktu lalu dinilai membuat investasi panas bumi sulit untuk diminati dalam jangka pendek.

Priyandaru bilang, pihaknya mengharapkan ada langkah yang dilakukan pemerintah dalam mendorong pengembangan panas bumi. "Pemerintah harus terus membuat pengembangan panas bumi menarik untuk investor. Berikan tarif sesuai keekonomian proyek," kata dia. 

Dalam catatan Kontan.co.id, ketiga proyek panas bumi diharapkan dapat beroperasi pada rentang kuartal III hingga kuartal IV tahun ini.

Adapun, kapasitas terpasang PLTP saat ini mencapai 2.130,6 MW. Pada tahun lalu, ada tiga PLTP yang COD, yakni PLTP Lumut Balai Unit 1 sebesar 55 MW, PLTP Sorek Merapi Unit 1 berkapasitas 42,3 MW, dan PLTP Muaralaboh dengan kapasitas 85 MW.

Pada tahun lalu, Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) dari Panas Bumi mencapai Rp 1,93 triliun. Sedangkan investasi panas bumi tercatat US$ 0,83 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Practical Business Acumen Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×