Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk masih berjibaku untuk bisa selamat dari beban utang yang menumpuk, sekaligus berupaya menyehatkan perusahaan melalui restrukturisasi secara menyeluruh. Maskapai penerbangan nasional bersandi GIAA di Bursa Efek Indonesia ini mengejar pemulihan kinerja mulai tahun 2022.
Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra menyampaikan, selain persoalan restrukturisasi total yang sedang dilakukan, situasi pandemi dan kebijakan terkait mobilitas masyarakat menjadi faktor penentu kinerja GIAA. Sedangkan di luar faktor pandemi, manajemen GIAA memiliki dua fokus utama yang saling berkaitan.
Pertama, melanjutkan restrukturisasi total Garuda Indonesia, termasuk dalam proses Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU). Kedua, menerapkan strategi bisnis baru (new business plan) dalam menyehatkan dan keberlanjutan kinerja usaha Garuda.
"Jadi, 2022 akan menjadi tahun dimana kami mengkonsolidasikan diri, dan berharap sedini mungkin PKPU selesai. Sehingga, kami akan menjadikan 2022 sebagai tahun recovery dari Garuda yang bisa kami mulai," ujar Irfan dalam paparan publik yang digelar secara virtual, Senin (20/12).
Baca Juga: Garuda (GIAA) Berstatus PKPU Sementara Selama 44 Hari, Ini Agenda yang Perlu Disimak
Sayangnya, Irfan belum memberikan gambaran mengenai proyeksi pertumbuhan kinerja keuangan dan operasional yang ingin dicapai pada tahun depan, lantaran masih dalam proses finalisasi. Dia hanya menegaskan, bahwa target-target di 2022 masih akan realistis mempertimbangkan kondisi pandemi covid-19 yang masih mengintai.
Irfan melanjutkan, proposal restrukturisasi awal yang telah disampaikan kepada sebagian besar kreditur disusun berdasarkan new business plan yang dijalankan Garuda Indonesia. Adapun poin pokok dalam New Garuda Business Plan tersebut bertumpu pada tiga prinsip, yakni: simple, profitable, dan full service.
Tiga prinsip tersebut direalisasikan ke dalam empat strategi. Pertama, mengoptimalkan route network, sehingga Garuda Indonesia hanya akan mengoperasikan rute-rute penerbangan yang menguntungkan (profitable). Dalam pemilihan rute ini, fokus Garuda tertuju pada rute-rute penerbangan domestik, serta rute-rute internasional tertentu yang juga mempertimbangkan penerbangan kargo.
Kedua, menyesuaikan jumlah pesawat Garuda dan Citilink agar selaras dengan route network yang telah dioptimalkan. Hal ini dilakukan berbarengan dengan simplifikasi tipe pesawat untuk mendapatkan efektifitas dan efisiensi operasional.
"Kami ambil pendekatan berbeda dari sebelumnya, yang menyediakan pesawat sebanyak-banyaknya. Pengalaman mengajarkan, itu tak terlalu tepat. Kami akan sesuaikan (pesawat) dengan demand yang ada. Memang, ada angka-angka yang kami masukkan dalam business plan, tapi saat ini masih menunggu hasil negosiasi maupun PKPU," jelas Irfan.