kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,52%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Gas metana mulai produksi kuartal dua


Kamis, 17 Februari 2011 / 10:20 WIB
Gas metana mulai produksi kuartal dua
ILUSTRASI. Saham UNVR dan TLKM yang turun berandil menekan IHSG, Senin (7/10).


Reporter: Fitri Nur Arifenie | Editor: Rizki Caturini

JAKARTA. Sebentar lagi Indonesia bakal memiliki tambahan energi. Sebab, kuartal II-2011 mendatang, West Sangatta CBM Inc mulai menghasilkan coal bed methane (CBM) alias gas metana batubara. CBM ini berasal dari wilayah kerja (WK) West Sangatta I.

"West Sangatta sudah mulai melakukan pengeboran sejak tahun lalu sebanyak tiga sumur. Akhir Januari 2011 dilanjutkan dengan empat sumur," ujar Budi Idianto, Deputi Pengendali Operasi Badan Pelaksana Hulu Minyak dan Gas Bumi (BP Migas), kemarin.

Menurut Budi, produksi gas CBM Sangatta pada Mei 2011 diharapkan mencapai 1 juta kaki kubik per hari (mmscfd). Jumlah gas tersebut akan diperuntukkan untuk bahan bakar pembangkit listrik dengan kapasitas 2,5 megawatt (MW). Saat ini, BP Migas dan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) setempat tengah melakukan pembicaraan intensif soal penjualan gas tersebut.

Selain West Sangatta, sebetulnya ada empat WK milik kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) lain yang akan memproduksi CBM. Keempat WK ini, adalah Sekayu dengan operator PT Medco Energi International Tbk, Tanjung Enim dengan operator Arrow Energy Pte Ltd, Barito Banjar dengan operator PT Indobarambai Gas Metan, dan Sanga-sanga milik operator PT Vico Indonesia.

Keempat KKKS itu akan memproduksi CBM sebesar 4,5 mmscfd. "Kontraktor lain baru memproduksi CBM kuartal III-2011," imbuh Budi.

Bila semua KKKS sudah beroperasi, maka produksi CBM nasional akan mencapai 5,5 mmscfd. Jumlah itu cukup untuk mengalirkan listrik sebesar 13,75 mw. Semua produksi gas ini rencananya akan digunakan untuk pembangkit listrik bagi masyarakat sekitar daerah operasi.

Meski sebentar lagi berproduksi, namun pengembangan CBM masih terhalang sejumlah kendala. Sinang Bulawan, Kepala Divisi Penunjang Operasi BP Migas, mengungkapkan, pengadaan rig CBM masih terbatas. Masalah perizinan dan administrasi juga menjadi kendala selanjutnya.

Sinang mencontohkan, pembebasan lahan CBM bisa tumpang tindih dengan izin lahan batubara, perkebunan, masyarakat, dan Kementrian Kehutanan. Lalu, hingga kini belum adanya studi lingkungan untuk pengeboran WK CBM. "Padahal persetujuan Amdal merupakan dasar keluarnya izin," tutur Sinang.

Sekadar informasi, potensi cadangan CBM di Indonesia cukup besar, mencapai 453,3 triliun kaki kubik (tcf). Potensi CBM ini tersebar di 11 cekungan di seluruh wilayah Indonesia. Besarnya potensi ini membuat pemerintah giat menawarkan WK CBM.

Saat ini, Indonesia memiliki 23 kontrak CBM. Tahun ini, pemerintah akan menawarkan 13 WK CBM kepada investor. Dus, Indonesia bakal memiliki 33 WK CBM. Pemerintah menargetkan produksi CBM pada 2015 bisa mencapai 500 mmscfd. Kemudian bertambah menjadi 1.000 mmscfd pada 2020 dan 1.500 mmscfd pada 2025.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×