Reporter: Cindy Silviana Sukma | Editor: Dupla Kartini
JAKARTA. Agar mampu bersaing di pasar baja nasional, PT Gunawan Dianjaya Steel Tbk bersiap mengerek kapasitas produksi. Makanya, produsen plat baja canai panas atau hot rolled steel plate ini akan mulai membangun satu line produksi baru di penghujung tahun ini.
Rencananya, line produksi baru berkapasitas 1 juta ton per tahun itu akan beroperasi mulai pertengahan 2015. Adapun, saat ini, perusahaan berkode GDST ini masih mengandalkan satu line produksi berkapasitas produksi 400.000 ton setahun.
"Penambahan line produksi memang bertujuan memperkuat daya saing kami dengan kompetitor," ungkap Direktur dan Sekretaris Perusahaan Gunawan Dianjaya Steel, Hadi Sutjipto, Selasa (12/2). Nantinya, line produksi baru itu akan memproduksi plat baja selebar 3 meter.
Selama ini, plat baja yang diproduksi perusahaan hanya memiliki lebar 2,4 meter. Padahal, menurut Hadi, semakin banyak pelanggan yang membutuhkan baja yang lebih lebar untuk menunjang efisiensi pemakaian bahan baku. "Kami ingin konsentrasi untuk meningkatkan kualitas plat baja kami," ujarnya.
Pembangunan line produksi baru itu diperkirakan akan menelan investasi sebesar US$ 100 juta atau setara Rp 960 miliar. Sementara, untuk pembangunan tahap awal di tahun ini, perusahaan mengyiapkan belanja modal sekitar US$ 25 juta atau sekitar Rp 240 miliar. "Sumber dana berasal dari internal perusahaan. Namun, jika dana internal tidak cukup, kami akan menerbitkan saham baru (right issue) atau surat utang," beber Hadi.
Perbesar domestik
Terlepas dari itu, tahun ini, GDST akan memperbesar persentase penjualan plat baja canai panas di pasar domestik. Hadi bilang, perusahaan akan menggenjot kontribusi penjualan di pasar domestik menjadi 70%, dari tahun lalu hanya 40%. Artinya, penjualan ekspor akan diperkecil menjadi 30%, dari sebelumnya mencapai 60%.
Maklum, tahun lalu, pendapatan perusahaan merosot lantaran penjualan di pasar ekspor terpangkas akibat pasar Eropa yang tertekan. Bahkan, perusahaan sempat mengalihkan tujuan ekspor dari Eropa ke kawasan lain seperti Singapura, Malaysia, Vietnam, Australia, Kanada dan Sri Lanka. "Penurunan harga jual baja internasional memperburuk pendapatan kami," ujar Hadi.
Memang, GDST belum merilis data pendapatan sepanjang 2012. Namun, laporan keuangan kuartal III-2012 menunjukkan, perusahaan baru mampu mengumpulkan pendapatan sejumlah Rp 1,2 triliun. Jumlah tersebut baru 60% dari target pendapatan yang dipatok di awal taun lalu, yaitu mencapai Rp 2 triliun.
Pendapatan yang diraih hingga kuartal III-2012 itu pun melorot 22,3% dibanding pendapatan periode yang sama tahun sebelumnya. Akibatnya, laba bersih alias keuntungan perusahaan pun jeblok 64% menjadi Rp 36 miliar pada akhir September 2012.
Meski begitu, Hadi optimis tis kinerja perusahaan bisa lebih baik ketimbang tahun lalu. Pasalnya, harga baja di pasar global mulai pulih. Sayang, dia belum mau membocorkan target pendapatan dan laba tahun ini.
Adapun, untuk memperbesar penjualan di pasar dalam negeri, tahun ini, Gunawan Dianjaya berupaya menggaet lebih banyak sektor industri. Saat ini, produksi plat baja milik perusahaan sudah dipasok ke sejumlah industri nasional, yaitu galangan kapal, BUMN yang bergerak di bidang konstruksi seperti PT Wijaya Karya Tbk, lalu industri alat berat seperti PT Katsushiro Indonesia, dan beberapa perusahaan kontraktor jembatan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News