kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.543.000   4.000   0,26%
  • USD/IDR 15.839   -99,00   -0,63%
  • IDX 7.416   -76,23   -1,02%
  • KOMPAS100 1.146   -13,08   -1,13%
  • LQ45 907   -12,67   -1,38%
  • ISSI 225   -1,05   -0,47%
  • IDX30 467   -7,79   -1,64%
  • IDXHIDIV20 564   -8,40   -1,47%
  • IDX80 131   -1,45   -1,09%
  • IDXV30 140   -0,65   -0,46%
  • IDXQ30 156   -2,00   -1,26%

Gedung pencakar langit akan warnai Jakarta di 2015


Rabu, 18 Juli 2012 / 21:30 WIB
Gedung pencakar langit akan warnai Jakarta di 2015
ILUSTRASI. Petugas medis melakukan pemeriksaan terhadap pasien COVID-19 di selasar Ruang IGD RSUD Cengkareng, Jakarta, Rabu (23/6/2021). ANTARA FOTO/Fauzan/hp.


Reporter: Adisti Dini Indreswari | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Pasar properti di Indonesia, khususnya Jakarta, terus mengalami pertumbuhan yang signifikan baik dari sisi permintaan maupun kenaikan harga. Kondisi tersebut memicu pengembang untuk membangun proyek baru dengan skala yang lebih besar lagi.

Konsultan properti Jones Lang LaSalle meramalkan, skyscraper alias gedung pencakar langit akan mewarnai Jakarta di tahun 2015. Pelopornya adalah tiga menara yang akan mulai dibangun tahun ini atau tahun depan, yaitu Signature Tower, Telkom Tower, dan BUMN Tower.

Jones Lang LaSalle sendiri mendefinisikan gedung pencakar langit sebagai gedung dengan tinggi lebih dari 150 meter (m). Saat ini rekor gedung tertinggi di dunia masih dipegang oleh Burj Khalifa di Dubai, dengan tinggi 828 m.

Menariknya, hanya satu dari gedung-gedung tertinggi di dunia yang berada di barat, yaitu The Empire State Building di New York. Sisanya justru tersebar di Asia dan Timur Tengah. Peruntukannya adalah residensial, perkantoran, hotel, namun sebagian besar adalah mixed use.

Di Indonesia sendiri, tren gedung pencakar langit dimulai pada saat booming properti pertengahan tahun 2009. Sejumlah proyek yang menandai munculnya gedung pencakar langit antara lain Menara Jakarta, Menara BPIS, Asia Tower, Kuningan Persada, dan BDNI Tower.

Pertumbuhan properti sempat melambat tahun 2001-2002 lantaran terhantam krisis ekonomi global, dan baru pulih tahun 2007-2008. "Tahun 2011-2012 merupakan awal dari booming properti seperti tahun 1990-an," ujar Head of Research Jones Lang LaSalle, Anton Sitorus di Jakarta, Rabu (18/7).

Tahun 2009, jumlah gedung pencakar langit di Jakarta baru 40, dan saat ini sudah bertambah menjadi 75. Berarti jumlahnya hampir bertambah dua kali lipat hanya dalam waktu tiga tahun. Anton memproyeksikan jumlah gedung pencakar langit di tahun 2015 akan bertambah menjadi 150, dan di 2020 terus bertambah menjadi 250.

Banyaknya jumlah gedung pencakar langit tiga tahun mendatang secara tidak langsung akan mempengaruhi pasar. "Sampai tahun 2014 kami tidak khawatir akan terjadi penurunan. Tapi tahun 2015 adalah masa kritis," ujar Anton. Di tahun tersebut, Anton memprediksi tingkat okupansi mulai turun.

Imbasnya, harga jual atau tarif sewa pun ikut merosot. Sebagai perbandingan, dua tahun terakhir ini kenaikan harga kantor di Jakarta, khususnya grade A bisa mencapai 30% per tahun. Nah, di tahun 2015 nanti, kenaikan harga diprediksi paling banter hanya 10% per tahun. "Kecuali kalau tingkat okupansi masih di atas 90%, pengembang masih bisa menaikkan harga," imbuh Anton.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×