Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Kenaikan harga minyak mentah saat ini bisa menjadi berkah bagi pelaku usaha. Tetapi di sisi lain, Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) tidak bisa serta merta menaikkan produksi begitu saja.
Ketua Komite Investasi Asosiasi Perusahaan Minyak dan Gas (Aspermigas) Moshe Rizal menjelaskan, harga minyak dunia dalam beberapa waktu ke depan akan terdongkrak kebutuhan energi yang lebih besar memasuki musim dingin di beberapa negara seperti Eropa dan Amerika.
Ditambah pula kondisi gejolak geopolitik dunia, yakni perang Israel-Palestina yang didukung beberapa negara lain, turut berperan pada fluktuasi harga minyak dunia.
Baca Juga: Pertamina Pastikan Proyek Kilang Minyaknya Masih Berjalan
“Di sini saya melihat gejolak geopolitik dapat menaikkan harga minyak karena orang takut kalau terjadi masalah supply. Maka itu, banyak orang akan menyetok bahan bakar atau energi. Jadi dua hal ini yang menyebabkan harga agak naik,” jelasnya kepada Kontan.co.id, Rabu (11/10).
Meski ada sejumlah katalis yang mendorong harga minyak, Moshe melihat kondisi ini hanya bersifat sementara. Dia menggambarkan, dua minggu lalu harga minyak dunia baru saja menembus US$ 90 per barrel, tetapi sekarang sudah turun lagi.
Secara umum, dia tidak menampik kenaikan harga minyak dapat dinikmati pelaku usaha. Namun, lantaran fluktuasi harganya tidak bisa ditebak, pengusaha lebih memilih di posisi konservatif yang artinya tidak muluk-muluk ekspansi menaikkan kapasitas produksinya.
“Menambah produksi butuh investasi sedangkan kami menganggap kenaikan harga minyak ini suatu fenomena yang sifatnya tidak jangka panjang. Apalagi gejolak geopolitik sekarang lagi panas-panasnya sehingga orang akan berhati-hati untuk investasi,” terangnya.
Di sisi lain, lanjut Moshe, pengadaan rig masih menantang karena permintaannya tinggi tetapi pasokannya terbatas. Kelangkaan rig ini terjadi di seluruh dunia, bukan hanya di Indonesia.
Baca Juga: Aspermigas Soroti Kondisi Cadangan dan Produksi Migas Nasional
Perusahaan penyedia jasa sewa pengeboran juga berhati-hati berinvestasi menambah jumlah rignya.
“Jangan sampai mereka berinvestasi besar menambah rig, tetapi harga minyak tiba-tiba anjlok karena faktor geopolitik dan rignya terbengkalai,” kata Moshe.
Sedangkan, untuk urusan operasional seperti penggunaan bahan bakar minyak (BBM), diakui Moshe tidak berpengaruh signifikan ke beban operasional. Lantaran kenaikan harga BBM yang dilakukan Pertamina masih cukup terjangkau.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News