Reporter: Diki Mardiansyah | Editor: Noverius Laoli
Menurut Shinta, tidak akan ada solusi instan untuk menciptakan kembali lapangan kerja di sektor garmen. Semua butuh proses dan kunci untuk mengembalikan lapangan kerja di sektor tersebut ada di pembenahan daya saing iklim usaha domestik yang mempengaruhi penciptaan efisiensi yang lebih tinggi pada faktor-faktor produksi tersebut.
Lebih lanjut, Shinta memandang faktor-faktor produksi khususnya rasionalitas perimbangan beban biaya tenaga kerja yang mahal dengan produktivitasnya (yang merupakan sepertiga dari beban produksi garmen dan industri padat karya lain secara umum), peningkatan affordability pada skema penggunaan energi untuk industri.
Selanjutnya, peningkatan efisiensi biaya logistik perdagangan, fasilitasi untuk pemutakhiran mesin produksi di sektor hulu tekstil agar terjadi diversifikasi supply garment yang kompetitif, fasilitasi untuk peningkatan branding agar produk garmen nasional bisa dijual di pasar luar negeri dengan brand sendiri (bukan brand asing seperti selama ini), termasuk pembenahan terhadap kebocoran-kebocoran impor ilegal seperti impor pakaian bekas.
Baca Juga: Tahun 2023, Bisnis Industri Tekstil dan Produk Tekstil Diprediksi Masih Apes
"Selain itu, kami rasa pemerintah juga perlu rasional melihat tren investasi yang ada, di mana investasi yang masuk ke Indonesia cenderung padat modal, bukan padat karya," ungkap dia.
Shinta menilai, hal tersebut menciptakan kebutuhan yang berbeda terhadap tenaga kerja yang bisa diserap industri, yakni tenaga kerja terampil & terdidik (skilled workers), bukan unskilled workers.
"Jadi, saya rasa pemerintah juga perlu memikirkan skills & job transformation untuk pekerja-pekerja di sektor yang tidak populer seperti sektor garmen atau sektor padat karya yang kalau kita berkaca dari pengalaman Korea & China, industrinya akan semakin tertekan untuk beralih ke negara lain ketika biaya upah semakin tinggi atau tidak affordable dan sebanding dengan produktifitasnya," ujar dia.
Dengan fasilitasi job transition & skills transition ini, lanjut Shinta, ribuan pekerja yang di-PHK tersebut tidak perlu menunggu hingga demand di sektor garment kembali naik untuk memperoleh pekerjaan, tetapi lebih bisa proaktif mencari lapangan kerja di sektor lain yang lebih bisa melakukan ekspansi lapangan kerja pada kondisi saat ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News