kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.367.000   7.000   0,30%
  • USD/IDR 16.731   21,00   0,13%
  • IDX 8.389   22,05   0,26%
  • KOMPAS100 1.163   3,35   0,29%
  • LQ45 847   4,23   0,50%
  • ISSI 292   0,76   0,26%
  • IDX30 446   3,97   0,90%
  • IDXHIDIV20 513   3,54   0,69%
  • IDX80 131   0,41   0,31%
  • IDXV30 138   0,55   0,40%
  • IDXQ30 141   0,94   0,67%

Generasi AI Indonesia Tuntut Teknologi yang Cepat tapi Tetap Manusiawi


Rabu, 12 November 2025 / 17:02 WIB
Generasi AI Indonesia Tuntut Teknologi yang Cepat tapi Tetap Manusiawi
ILUSTRASI. Ilustrasi artificial intelligence (AI) KONTAN/Panji Indra


Reporter: Leni Wandira | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Generasi muda Indonesia yang tumbuh di era kecerdasan buatan (AI) memiliki ekspektasi tinggi terhadap cara teknologi ini berinteraksi dengan manusia.

Riset terbaru Zoom bersama Kantar menunjukkan bahwa 78% AI natives Indonesia kelompok usia 18 hingga 24 tahun menginginkan interaksi berbasis AI yang cepat, efisien, dan responsif, namun tetap menghadirkan sisi manusiawi dalam pengalaman pengguna.

Meski sangat akrab dengan teknologi, 70% responden AI natives masih ingin dapat beralih ke agen manusia bila diperlukan.

Baca Juga: Kantongi Dana Rp 3,56Triliun, Bukit Asam (PTBA) Tingkatkan Fasilitas Angkut Batubara

Sementara itu, 68% berharap agen tersebut sudah memahami konteks masalah tanpa harus menjelaskan ulang.

Angka tersebut menjadi salah satu yang tertinggi di Asia Pasifik, menandakan keseimbangan antara efisiensi teknologi dan empati manusia menjadi faktor penting bagi generasi muda Indonesia.

Riset ini melibatkan 2.551 responden berusia 18–45 tahun di delapan negara Asia Pasifik: Indonesia, Australia, Hong Kong, India, Malaysia, Singapura, Korea Selatan, dan Taiwan.

Studi ini membedakan antara AI natives (18–24 tahun) dan non-AI natives (25–45 tahun) untuk melihat perbedaan pandangan terhadap pengalaman pelanggan (customer experience/CX) dan pengalaman karyawan (employee experience/EX) di era digital.

“AI kini membentuk cara baru untuk berinteraksi baik sebagai pelanggan maupun karyawan. Temuan kami menunjukkan bahwa organisasi perlu memahami perbedaan cara berpikir antara AI natives dan non-AI natives,” ujar Lucas Lu, Head of Asia Zoom, dalam keterangan tertulis, Rabu (12/11/2025).

Menurutnya, generasi muda di Indonesia menegaskan bahwa koneksi manusia tetap tak tergantikan.

“Di era AI ini, loyalitas pelanggan dan karyawan akan sangat ditentukan oleh kemampuan perusahaan menyeimbangkan efisiensi teknologi dengan sentuhan manusia,” tambahnya.

Baca Juga: Integra Indocabinet (WOOD) Raih Penjualan bersih Rp2,16 triliun pada Kuartal III-2025

AI Kian Melekat di Dunia Kerja

Riset juga menemukan bahwa AI telah menjadi bagian tak terpisahkan dari dunia kerja di Indonesia, di mana hanya 2% responden yang mengaku belum pernah menggunakan AI di tempat kerja.

Sebanyak 83% responden percaya bahwa kemampuan menggunakan AI akan menjadi keunggulan kompetitif di dunia kerja.

Baik AI natives maupun non-AI natives berharap AI dapat membantu mereka bekerja lebih cepat dan efisien, masing-masing 61% dan 68%.

Namun, generasi muda pengguna AI cenderung lebih kritis terhadap efektivitas dan keamanan teknologi.

Sebanyak 68% AI natives memerhatikan aspek privasi dan keamanan data, menunjukkan perlunya kepercayaan dan transparansi dari perusahaan dalam setiap implementasi AI.

Baca Juga: MedcoEnergi Mulai Operasikan Pembangkit Listrik Ramah Karbon di Batam

Loyal tapi Kritis: Pola Baru Pelanggan Muda

Dalam hal pengalaman pelanggan, AI natives Indonesia menunjukkan perilaku yang khas. Mereka tidak langsung meninggalkan merek setelah mengalami pengalaman buruk (42%), tetapi lebih sering membagikan pengalaman negatif ke publik (62%), terutama melalui media sosial.

Faktor utama yang memengaruhi loyalitas mereka adalah kecepatan dan kejelasan komunikasi.

Sebanyak 68% menilai komunikasi yang jelas dan transparan, 57% mengutamakan kepraktisan, dan 55% menuntut respon cepat sebagai kriteria utama pengalaman pelanggan yang baik.

“Temuan ini menegaskan bahwa perusahaan tidak cukup hanya mengadopsi AI. Mereka harus memastikan teknologi tersebut benar-benar membantu menciptakan interaksi yang cepat, mudah, dan relevan tanpa kehilangan sisi manusia,” tulis laporan Zoom.

Baca Juga: IBA 2025 Akan Digelar Bulan Ini, Dorong Inovasi dan Regenerasi Pemulia Tanaman

Zoom menilai bahwa arah penggunaan AI di masa depan akan bergeser dari sekadar efisiensi menuju empati digital di mana teknologi tak hanya mampu merespons cepat, tetapi juga memahami konteks dan emosi pengguna.

Bagi perusahaan di Indonesia, pesan riset ini jelas: AI bukan sekadar alat otomatisasi, melainkan sarana membangun hubungan yang lebih relevan dan terpercaya dengan pelanggan muda yang menuntut kecepatan sekaligus kehangatan interaksi.

Selanjutnya: Kantongi Dana Rp 3,56Triliun, Bukit Asam (PTBA) Tingkatkan Fasilitas Angkut Batubara

Menarik Dibaca: Ramalan Cinta Zodiak Tahun 2026, Ada yang Bertemu Cinta Sejati

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Pre-IPO : Explained

[X]
×