Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Aneka Tambang Tbk (Antam) siap berekspansi membangun smelter untuk menggenjot hilirisasi. Perusahaan tambang berkode emiten ANTM (anggota indeks Kompas100) ini berencana untuk membangun smelter nikel di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Sorong mulai tahun 2020.
Sekretaris Perusahaan Antam Aprilandi Hidayat Setia menyampaikan, pihaknya menargetkan pembangunan smelter tersebut bisa berjalan pada tahun 2020, dengan proses pengerjaan yang membutuhkan waktu selama dua tahun.
"Pembangunan direncanakan dapat dilakukan tahun 2020 dan operasi komersial pada tahun 2022," kata Aprilandi saat dihubungi Kontan.co.id belum lama ini.
Saat ini, sambung Aprilandi, Antam masih melakukan studi kelayakan atau feasibility study (FS) dan studi kelayakan pendanaan atau bankable feasibility study (BFS). "Sementara proses penunjukkan mitra untuk EPC (Engineering, Procurement and Construction) dilakukan setelah BFS selesai," ungkapnya.
Lebih lanjut, menurut Presiden Direktur PT Gag Nikel, Risono, proses FS dan BFS ditargetkan baru rampung pada Juni 2019. Sebab, dokumen dan hasil studi tersebut harus terlebih dulu mendapatkan persetujuan dari para pemegang saham untuk bisa melangkah ke proses selanjutnya.
"FS dan BFS diusahakan pertengahan tahun ini sudah selesai, setelah itu kewenangan pemegang saham Antam" kata Risono.
Seperti yang pernah diberitakan Kontan.co.id sebelumnya, PT Gag Nikel adalah anak usaha Antam mengelola tambang nikel di Pulau Gag, Raja Ampat, Papua Barat. Tambang ini lah yang akan memasok bahan baku berupa bijih nikel untuk smelter di KEK Sorong tersebut.
Rencananya, smelter itu akan memiliki kapasitas sebesar 40.000 ton nikel dan 500.000 ton stainless steel per tahun. Adapun, nilai investasi untuk proyek smelter ini diperkirakan mencapai US$ 1 miliar.
Namun, menurut Aprilandi, detail dari perencanaan itu baru akan diketahui setelah proses BFS selesai dilakukan. "Detail nilai investasinya juga sedang dalam tahap perhitungan di dalam BFS tersebut," ujarnya.
Asal tahu saja, sebelumnya Antam telah menggelar beauty contest untuk menjaring mitra yang akan membangun dan mengelola smelter di KEK Sorong itu. Namun, saat beauty contest tersebut menyisakan dua calon mitra yang berasal dari China dan Filipina, pada Februari 2019 lalu Antam memutuskan untuk tidak memenangkan keduanya.
Alasannya, sebagaimana yang pernah diungkapkan Direktur Utama Antam Arie Prabowo Ariotedjo ke Kontan.co.id, peserta beauty contest tersebut dinilai tidak ada yang memenuhi kriteria. Arie mengatakan, ada empat syarat yang harus dipenuhi jika ingin menjadi mitra perusahaan mineral plat merah tersebut.
Pertama, memiliki market share atas produknya atau menguasai pasar; kedua, memiliki teknologi atau berpengalaman dalam pengoperasian smelter; ketiga, memiliki kemampuan finansial, dan keempat, sepakat untuk menjadikan Antam sebagai mayoritas dalam share holder.
"Kita mencoba dulu cari yang terbaik karena banyak pihak yang menyatakan berminat. Tapi dari finalis itu tidak ada yang bisa memenuhi keempat kriteria tersebut," ungkap Arie.
Alhasil, Antam pun memutuskan untuk jalan sendiri, dengan melakukan BFS lalu berlanjut pada penunjukkan mitra strategis untuk EPC. "Diharapkan bisa selesai di tahun 2019," ujar Arie.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News