Reporter: Tendi Mahadi | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dunia usaha perlu menyiapkan strategi khusus yang adaptif, kreatif dan produktif guna menciptakan peluang seiring menggeliatnya perekonomian nasional. Itu agar ketika perekonomian membaik, pelaku usaha tidak ketinggalan dan kehilangan momentum untuk memacu kinerja mereka.
Optimisme terhadap pemulihan ekonomi nasional ini sempat dilontarkan oleh Menteri Perekonomian Airlangga Hartarto. Airlangga mengatakan indikator terbaru Indonesia telah menunjukkan sinyal pemulihan ekonomi.
Hal ini terlihat dari Purchasing Manager’s Index (PMI) pada Agustus 2020 yang tercatat sebesar 51 atau lebih baik dari PMI Maret 2020 yakni 28. Indeks di atas 50 poin mengindikasikan sektor manufaktur tumbuh, sementara skor di bawah 50 poin menunjukkan sektor tersebut terkontraksi.
Baca Juga: Goodyear (GDYR) derita rugi bersih US$ 4,31 juta hingga September 2020
Indikasi lainnya, neraca perdagangan Indonesia berada dalam tren perbaikan. Data terbaru menunjukkan pada September 2020, surplus neraca perdagangan mencapai US$2,44 miliar, naik dari US$2,3 miliar dollar AS pada Agustus 2020. Bahkan, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati optimistis, perekonomian nasional akan berangsur membaik pada triwulan III dan IV setelah tumbuh minus 5,23% pada triwulan II.
Dengan begitu, diharapkan pula akselerasi pemulihan ekonomi akan mulai terjadi pada triwulan I 2021. Menkeu memproyeksikan perekonomian tumbuh 5,0% pada 2021, lebih baik dibandingkan perkiraan tahun ini yang telah direvisi di kisaran minus 1,7% hingga minus 0,6%.
Menanggapi hal tersebut, Presiden Direktur PT Isuzu Astra Motor Indonesia (IAMI) Ernando Emily di Jakarta, Rabu (4/11), mengatakan, saat menghadapi pandemi, banyak pelaku bisnis hanya berfokus pada strategi reaction seperti penerapan protokol kesehatan, tetapi melupakan tiga strategi lainnya yakni recession, rebound, dan reimagine.
Dia menambahkan krisis ekonomi dan kesehatan akibat pandemi Covid-19 telah mengubah tidak hanya pola hidup masyarakat tetapi juga pola bisnis. “Pandemi yang membuat masyarakat harus bekerja dari rumah dan sebisa mungkin tidak keluar rumah, telah mendorong industri e-commerce berkembang pesat. Dampaknya industri logistik juga mengalami pertumbuhan di masa pandemi Covid-19,” paparnya.
Baca Juga: Blue Bird gandeng I.Saku untuk transaksi non-tunai
Data Kementerian Keuangan menyebutkan, selama pandemi, transaksi pembelian lewat e-commerce meningkat 18,1% menjadi 98,3 juta transaksi dengan total nilai transaksinya meningkat 9,9% menjadi Rp20,7 triliun.
Sementara pengamat ekonomi dari Center of Reform on Economics (CORE) Yusuf Rendy memproyeksikan, pada 2025, ukuran pasar e-commerce di Indonesia mencapai US$ 50 miliar, lebih besar dibandingkan negara ASEAN lainnya seperti Malaysia, Singapura, ataupun Vietnam. “Proyeksi saya kira tidak berlebihan mengingat jumlah penduduk Indonesia yang relatif besar selalu menjadi potensi market bagi industri apapun,” ujar dia.