Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Geo Dipa Energi (Persero) akan menambah kapasitas Pembangkit Listrik Tenaga Panas bumi (PLTP) Dieng small scale 10 Megawatt (MW). Targetnya, penambahan itu akan selesai pada tahun 2020.
Direktur Utama PT Geo Dipa Energi (Persero), Riki Firmandha Ibrahim mengungkapkan, penambahan 10 MW ini membutuhkan biaya sebesar US$ 23 juta. Pendanaannya diperoleh dari kerjasama dengan PT Sarana Multi Infrastruktur (SMI) sebesar US$ 18 juta dan dari Geo Dipa Energi sendiri sebesar US$ 5 juta.
Riki bilang, rencana penambahan ini tengah masuk masa tender konstruksi. "Tender 40 hari, yang datang udah banyak, bagus-bagus. Jadi kalau sekarang kita buka tender, 20 bulan konstruksi. Inshaa Allah 2020 kita sudah ada 10 MW" ungkap Riki, Jum'at (14/9).
Sebagai informasi, panas bumi merupakan salah satu energi terbarukan dengan potensi yang besar. Cadangan saat ini sekitar ekuivalen 17.435 MW. Kapasitas terpasang saat ini sebesar 1.948,5 MW atau sekitar 11,7% dari kapasitas panas bumi yang tersebar di 11 Wilayah Kerja Panas Bumi.
Sedangkan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) dari sektor Panas Bumi sepanjang Semester I-2018 telah mencapai Rp. 661 miliar atau 93,80% dari target 2018 sebesar Rp. 700 miliar. PNBP panas bumi bersumber dari setoran bagian pemerintahan, iuran tetap eksplorasi, iuran tetap produksi dan iuran produksi/royalty.
Di wilyah PLTP Dieng dan Patuha, Bandung, Geo Dipa baru mempunyai kapasitas masing-masing 60 MW. Jumlah itu masih kecil dibandingkan dengan potensi masing-masing sebesar 400 MW.
Dari kapasitas 60 MW itu, Harga dari PLTP Dieng dan Patuha, Bandung ke PLN sebesar 7,2 cent/kWh. Angka itu mengikuti harga keekonomian listrik energi terbarukan panas bumi saat ini yang menggunakan Peraturan Menteri (Permen) ESDM No. 50 Tahun 2017 tentang pemanfaatan sumber energi terbarukan untuk penyediaan tenaga listrik.
Guna memaksimalkan potensi di Dieng dan Patuha, Geo Dipa berencana membangun Patuha 2 dan 3 serta Dieng 2 dan 3 sebesar masing-masing 60 MW. Saat ini, Geo Dipa tengah mengejar pendanaan dari Asian Development Bank (ADB) sebesar US$ 300 juta."Insya Allah 2020. Sekarang sedang proses sama ADB, harapannya mau mendanai," ungkap Riki.
Soal penggunaan konten lokal atau Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) di sektor pembangkit panas bumi, Riki bilang jumlahnya masih tergolong kecil. Yakni masih di bawah 40%. Karenanya, pihaknya tengah menjalin komunikasi dengan sejumlah perusahaan asing agar mau membangun pabrik di Indonesia.
"TKDN PLTP rata-rata masih di bawah 40%. Jadi turbin semua masih impor. Kita mendorong agar pabrikan turbin bisa ditaruh di Indonesia. Ini harus kita tingkatkan," tandasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News