Reporter: Noverius Laoli | Editor: Dupla Kartini
JAKARTA. Asosiasi Gabungan Industri Minyak Nabati Indonesia (GIMNI) meminta, para pedagang minyak goreng tidak melakukan spekulasi harga minyak goreng di pasaran.
Pasalnya, produsen minyak goreng menargetkan ketersediaan stok minyak goreng selama bulan Juni 2016 sebesar 680.000 ton atau lebih tinggi 14% dari rata-rata stok minyak goreng dari bulan Januari hingga Mei 2016. Pada bulan Mei stok minyak goreng 550.000 ton.
Direktur Eksekutif GIMNI Sahat Sinaga mengatakan, saat ini, harga minyak goreng curah di pabrik dijual seharga Rp 10.050 per kilogram (kg). Bila minyak goreng ini sampai ke pasar, dengan perhitungan keuntungan dan biaya transportasi, maka harga idealnya sebesar Rp 11.954 per kg. Namun, bila minyak goreng ini dijual per liter, maka harganya sebesar Rp 9.759 per liter di pabrik dan menjadi Rp 10.519 per liter di pasaran.
"Nah harga minyak goreng di pasaran seharusnya tetap di bawah Rp 11.000 per liter sesuai dengan permintaan Kementerian Perdagangan," ujar Sahat, Selasa (7/6).
Untuk itu, Sahat meminta agar para pedagang minyak goreng tidak menaikkan secara sepihak harga di pasaran, karena momen puasa dan lebaran. GIMNI telah meminta anggotanya untuk memantau agen dan pedagang minyak goreng yang menjual produk mereka. Bila ditemukan ada agen yang menjual di atas batas yang wajar, maka industri diminta untuk tidak menyalurkannya melalui agen tersebut.
Sebab saat ini, harga minyak goreng di Pasar Tebet Barat per 7 Juni 2016 mencapai Rp 14.000 per kg, dan di Pasar Kramat Jati sebesar Rp 12.500 per kg. Saat ini rata-rata harga minyak goreng curah di sejumlah pasar di Jakarta sebesar Rp 12.384 per kg. Harga tersebut masih jauh dari harga ideal sebesar Rp 11.954 per kg.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News