Reporter: Andy Dwijayanto | Editor: Dupla Kartini
JAKARTA. Keputusan PT Golden Eagle Energy Tbk memacu produksi batubara di tengah tren kenaikan harga jelang akhir tahun 2016, tak salah. Sepanjang tahun lalu, mereka mencetak pendapatan Rp 56,06 miliar atau naik hampir dua kali lipat ketimbang pendapatan tahun 2015 yakni Rp 28,77 miliar.
Kenaikan pendapatan tersebut berimbas hingga bottom line. Rugi bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk pada tahun lalu, mengempis 67,23% menjadi Rp 16,44 miliar.
Ingin kondisi tahun 2016 terulang, tahun ini Golden Eagle akan kembali memanfaatkan tren harga batubara yang masih mendaki. Kalau tahun lalu realisasi produksi 1,08 juta ton batubara, tahun ini mereka akan meningkatkan volume produksi hingga 2 juta ton batubara.
Kebetulan, rencana kerja dan anggaran biaya (RKAB) Golden Eagle sudah mendapatkan restu Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). Perusahaan berkode saham SMMT di Bursa Efek Indonesia tersebut bisa memproduksi 1,8 juta-2 juta ton batubara sepanjang tahun 2017.
Sumber produksi tambang batubara Golden Eagle berada di dua pulau. Melalui anak perusahaan PT Internasional Prima Coal, mereka memiliki tambang di Palaran, Samarinda, Kalimantan Timur. Golden Eagle akan menjaga volume produksi tambang tersebut sebesar 1,5 juta ton batubara sepanjang tahun ini.
Lantas, melalui PT Triaryani, Golden Eagle memiliki tambang di Musi Rawas, Sumatra Selatan. Golden Eagle berencana mengerek volume produksi dari 161.000 ton menjadi 500.000 ton batubara pada tahun ini.
Roza Permana Putra, Direktur Utama PT Golden Eagle Energy Tbk, memastikan, tak akan ada kendala penambangan di dua lokasi itu. "Untuk infrastruktur sudah tidak ada masalah dan rencana pengembangan, kami paling akan gunakan moda angkut lewat sungai," katanya kepada KONTAN, Selasa (4/4).
Informasi saja, kedua lokasi tambang tadi memiliki cadangan terbukti mencapai 224,6 juta ton batubara. Meski stok masih banyak, Golden Eagle ingin menambah cadangan terbukti lewat peningkatan kepemilikan saham atas tambang di Tabalong, Kalimantan Selatan. Catatan mereka, tambang Tabalong memiliki cadangan mencapai 109 juta ton batubara.
Golden Eagle berencana meningkatkan porsi saham Tabalong dari semula 34% saat ini menjadi 59%. Mereka akan menggunakan mayoritas dana belanja modal tahun 2017 untuk memuluskan rencana itu. Adapun total alokasi dana belanja modal tahun ini US$ 25 juta-US$ 30 juta.
Hingga kini, proses peningkatan porsi saham tambang Tabalong belum tuntas. Dus, belum ketahuan target realisasinya. "Kami tidak mau membicarakan target kapan tuntas, tetapi masih proses komunikasi untuk masalah penambahan share," ujar Roza.
Seluruh hasil produksi batubara tahun ini akan Golden Eagle jajakan ke pasar eksisting. Tahun lalu, pasar Thailand menyerap 56% batubara mereka.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News