Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Grand Kartech Tbk (KRAH) optimistis mampu mencetak pendapatan tumbuh dua sampai tiga kali lipat di tahun 2020. Kalau melihat proyeksi perusahaan di akhir tahun ini yang sebesar Rp 240 miliar, berarti di 2020 perusahaan akan mengantongi pendapatan Rp 480 miliar sampai Rp 720 miliar.
Direktur Utama Grand Kartech Johannes Budi Kartika menjelaskan perusahaan akan fokus bisnis di petrochemical serta segmen minyak dan gas.
Baca Juga: Mantan Menteri Era SBY Mundur dari Jabatan Dirut Grand Kartech (KRAH)
"Tahun depan banyak sentimen positif salah satunya dukungan pemerintah yang orientasinya tidak lagi ke infrastruktur tapi manufaktur," jelasnya saat ditemui Kontan.co.id di Pulogadung, Kamis (5/12).
Johannes percaya, pemerintah tidak hanya menggenjot bisnis manufaktur ke Badan Usaha Milik Negara (BUMN) saja, tapi juga ke perusahaan swasta. Menurutnya saat ini segmen manufaktur sudah mulai agresif karena lima tahun sebelumnya belum dapat perhatian lebih dari pemerintah.
Johannes menjelaskan untuk sektor oil and gas, Johannes mengakui sudah mengantongi Rp 400 miliar komitmen kontrak kerja sama yang potensial di Balikpapan, Kalimantan. Namun, Johannes masih belum mau buka-bukaan mengenai dari mana saja begitu juga dengan sumber dananya.
Baca Juga: Dirut Grand Kartech didakwa menyuap pejabat Krakatau Steel
Selain itu, Grand Kartech juga sudah membidik potensi bisnis di luar negeri. Johannes menjelaskan di awal tahun KRAH sudah mulai lakukan ekspor ke Australia untuk steel pabrication. Adapun ekspor ini juga dalam rangka penandatanganan Indonesia-Australia Comprehensive Economic Partnership Agreement (IA-CEPA) di April 2019 lalu.
Johannes bilang ekspor tidak hanya sebatas ke negeri Kanguru saja, tapi juga ke Amerika Serikat. Menurutnya bisnis struktur baja (steel structure) potensinya masih besar.
Johannes menyatakan ciri khas dan kualitas yang menjadi kelebihan dari perusahaan. Terlebih lagi, Johannes mengklaim KRAH tidak pernah meninggalkan proyek atau rugi berkepanjangan. Oleh karenanya di saat ekonomi kembali menggeliat, klien akan kembali berbisnis dengannya.
Baca Juga: Mendorong ekspor untuk mengatasi defisit neraca dagang
Johannes meyakinkan di 2020 nanti dengan adanya proyek-proyek yang ada perusahaan mampu membalikkan rugi bersih yang tercatat di tahun ini. "Kami proyeksikan bottom line mampu tumbuh sampai 20%-25%,"ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News