kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Greenpeace menampik tuduhan anti-sawit


Senin, 01 Oktober 2018 / 16:39 WIB
Greenpeace menampik tuduhan anti-sawit
ILUSTRASI. AKSI GREENPEACE DI KILANG MINYAK SAWIT


Reporter: Tane Hadiyantono | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Organisasi nirlaba yang bergerak dalam bidang lingkungan, Greenpeace menampik tuduhan disebut lembaga anti sawit.

Kiki Taufik, Kepala Kampanye Hutan Global Greenpeace Indonesia menyampaikan, Greenpeace sejak awal tidak pernah anti-sawit, bahkan percaya bahwa minyak sawit sangat penting bagi petani serta ekonomi Indonesia dan harus dipertahankan.

Tapi di sisi lain pemerintah baru saja mengeluarkan Inpres Moratorium Sawit yang menurutnya secara tidak langsung meyakini bahwa ada permasalahan di sektor kelapa sawit.

"Persoalan utamanya terletak di sejumlah pedagang minyak sawit yang masih terkait praktik perusakan hutan, salah satunya ialah Wilmar, sebagai pedagang sawit terbesar di dunia," terang Kiki dalam rilis yang diterima Kontan.co.id, Senin (1/10).

Dalam catatan Kiki, pada tahun 2013, Wilmar pernah mengumumkan kebijakan NDPE atau kebijakan 'tanpa deforestasi, tanpa pembukaan gambut, tanpa eksploitasi'.

Namun, analisis Greenpeace yang terangkum dalam laporan ‘Hitung Mundur Terakhir’ menemukan bahwa Wilmar masih mendapatkan minyak sawit dari kelompok-kelompok perusahaan yang menghancurkan hutan dan melakukan penyerobotan lahan dari komunitas lokal.

Sementara itu pada tahun 2010, anggota Consumer Goods Forum telah berjanji untuk membersihkan deforestasi dari rantai pasok seluruh komoditasnya pada 2020, perlu dicatat bukan hanya minyak sawit tetapi soya, bubur kertas, kayu dan daging termasuk di dalamnya.

“Seharusnya pemerintah dan DPR menyoroti dan mengawasi perilaku pedagang-pedagang minyak sawit, karena akibat perilaku mereka, komoditas sawit Indonesia tengah menghadapi risiko pengurangan drastis ke negara-negara Uni Eropa," lanjut Kiki.

Kondisi ini Kiki akui tidak menguntungkan, karena sawit telah menjadi sumber penghidupan 22 juta masyarakat Indonesia.

Jika kelapa sawit ditanam dengan mengedepankan pelestarian alam, tanpa merusak hutan atau lahan gambut, dan bebas dari konflik sosial, maka akan menjadi solusi bagi permasalahan kesejahteraan ekonomi rakyat. Indonesia akan menjadi yang terdepan di dunia dalam sektor industri minyak sawit.

Kemudian terkait tuduhan Greenpeace dituding mendapat pesanan negara-negara maju produsen minyak nabati lain yang kalah bersaing dengan sawit, Kiki menyampaikan pihaknya berkampanye untuk mengakhiri deforestasi - bukan mengakhiri minyak sawit.

"Kami berkampanye untuk memastikan bahwa perusahaan tidak memproduksi atau memperdagangkan sawit yang mengorbankan hutan dan lahan gambut. Kami mendorong industri untuk memproduksi sawit secara berkelanjutan," jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×