Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pengamat Pasar Modal sekaligus Direktur Avere Investama Teguh Hidayat menjabarkan, langkah ekspansif bisnis Grup Djarum merupakan hal yang wajar dan sebuah usaha untuk mengalihkan surplus pendapatan dari bisnis rokok dan perbankan untuk ekspansi ke berbagai sektor bisnis lain.
"Grup-grup besar lain sudah mulai ekspansif ke berbagai sektor, seperti teknologi digital atau di luar core business mereka," ujar Teguh saat dihubungi oleh Kontan.co.id, Rabu (22/9).
Teguh menyatakan pada dasarnya, Grup Djarum memang memiliki jaringan bisnis yang besar. Ia mencatat, sejauh ini kontributor terbesar pendapatan Djarum berasal dari bisnis rokok dan perbankan melalui PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dan dividen yang didapat Djarum dari BCA cukup besar.
"Di sisi lain, Djarum juga tampil sebagai pemain besar di industri rokok. Walau menjadi pemain besar, mereka juga masih menghadapi hambatan di masa pandemi,” ujar dia.
Ia menilai walau menjadi pemain besar, Grup Djarum juga menghadapi tantangan di tengah industri rokok dan juga perbankan akibat penurunan daya beli masyarakat di tengah pandemi. Tak hanya itu, kenaikan tarif cukai juga turut menyumbang kerikil bagi Djarum.
Baca Juga: Gencar diversifikasi usaha, Grup Djarum rajin akuisisi di tahun ini
Sehingga salah satu cara untuk mempertahankan kinerja, Grup Djarum melakukan ekspansi dan beradaptasi melalui BCA.
"Meski BCA masih tampil sebagai salah satu perbankan terbesar di Indonesia, harus diakui bahwa era ekspansi perbankan seperti pembukaan kantor cabang baru atau mesin ATM baru sudah menemui masa senja. Banyak pelaku industri perbankan mesti beradaptasi dan kini memilih ekspansi pembentukan bank digital," jelasnya lagi.
Ia juga menilai langkah Blibli, yang juga masih merupakan satu entitas dari Grup Djarum, untuk mengakuisisi emiten ritel konvensional, yakni PT Supra Boga Lestari Tbk (RANC) merupakan jalan untuk mengoptimalkan potensi bisnis internet yang kian berkembang di Indonesia.
Teguh berpendapat secara pangsa pasar, posisi Blibli masih berada di bawah Tokopedia, Bukalapak, dan Shopee. Ia menilai, pertimbangan untuk fokus e-commerce tidaklah mudah, sehingga Grup Djarum tidak mengakuisisi e-commerce, tetapi memilih untuk mendekap perusahaan ritel konvensional.
Baca Juga: Sarana Menara Nusantara (TOWR) teken banyak fasilitas kredit perbankan, ini alasannya
Senada, tujuan bisnis untuk mengoptimalkan potensi bisnis internet juga tercetak dalam aksi korporasi Djarum melalui PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR) dalam mengakuisisi saham PT Solusi Tunas Pratama Tbk (SUPR). Hal ini dinilai sebagai aksi korporasi yang apik mengingat persaingan industri menara telekomunikasi cukup ketat.
Teguh menuturkan, jika seluruh agenda ekspansi yang dilakukan Blibli dan TOWR terealisasi, maka hal tersebut akan membuka kesempatan bagi Grup Djarum untuk menambah sumber pendapatan baru di masa depan.
"Namun memang, keuntungan yang bisa didapat dari sektor-sektor tersebut belum akan menggantikan kontribusi dari bisnis rokok dan perbankan," sambungnya.
Ia menegaskan, ekspansi yang dilakukan Grup Djarum pun wajar, sebagaimana yang dilakukan oleh grup konglomerat Indonesia lainnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News