kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45999,72   6,12   0.62%
  • EMAS1.199.000 0,50%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Gula di museum, teh di gunung, terhubung bentang aspal dan beton tol Trans Jawa


Kamis, 04 April 2019 / 16:06 WIB
Gula di museum, teh di gunung, terhubung bentang aspal dan beton tol Trans Jawa


Reporter: Eldo Christoffel Rafael, Tri Sulistiowati | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Jalan tol Trans Jawa menjadi solusi para pelancong yang hendak menjelajah wisata tanah Jawa menggunakan jalur darat. Efisiensi waktu tempuh perjalanan membuat pelancong dapat mencapai lokasi wisata dengan segera. Pada saat yang sama, biaya transportasi jalur darat lebih rendah daripada jalur udara.

Setelah ruas jalan tol dari ujung barat hingga ujung timur Pulau Jawa terhubung, potensi wisata di tanah Jawa semakin menarik. Sejatinya, objek wisata di Jawa bertebaran cukup banyak. Dengan berbagai macam pilihan, pelancong bisa menikmati keindahan pantai, sejuknya udara dan pemandangan gunung, hingga bertualang menyusuri bukit dan hutan.

Bukan hanya wisatawan domestik, para turis asing pun bisa menikmati dan menyusuri objek wisata di tanah Jawa. Bagi Indonesia, sektor wisata turut menghidupkan perekonomian. Tahun lalu, perputaran uang di industri pariwisata —yang di dalamnya meliputi penyediaan akomodasi dan makan minum— mencapai Rp 314,96 triliun. Angka ini setara 3% dari total Produk Domestik Bruto (PDB) nasional yang mencapai Rp 10.425 triliun.

Pada tahun ini, kontribusi sektor wisata berpotensi membesar. Pemerintah membidik 20 juta wisatawan asing menyambangi berbagai objek wisata di Indonesia selama 2019. Tahun lalu, turis asing yang melancong Indonesia mencapai 15,73 juta.

Pabrik gula zaman baheula

Interkoneksi jalur transportasi di wilayah Jawa lewat jalan tol menjadikan potensi ekonomi sejumlah objek wisata terbuka semakin lebar.

Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, mengungkapkan hal itu. Dalam wawancara eksklusif dengan KONTAN, Ganjar menyebutkan kehadiran jalan tol Trans Jawa berpotensi menarik lebih banyak para pelancong yang menggunakan kapal pesiar.

Selama ini, banyak kapal pesiar yang sampai ke Semarang. Namun para pelancong malas untuk turun. Untuk ke Solo saja mereka malas lantaran sebagian jalan rusak, berkelok, dan macet. "Mau diajak ke Borobudur, jauh. Tapi hari ini ketika interkoneksi semakin rapi setelah ada jalur utama jalan tol, kami mau ajak turun. Syukur-syukur mau dua hari, sehingga length of stay lebih lama, pasti akan lebih menarik," ungkap Ganjar.

Pada pertengahan Februari lalu, Tim Jelajah Ekonomi KONTAN berkesempatan menyusuri koridor Trans Jawa, termasuk melancong ke beberapa objek wisata di wilayah Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Salah satunya adalah museum De Tjolomadoe. Sempat terbengkalai selama 20 tahun, pabrik gula Colomadu telah menjelma menjadi museum De Tjolomadoe. Pabrik yang telah direvitalisasi atas inisiatif Kementerian BUMN ini menjadi salah satu tempat wisata dan kawasan komersial.

Museum ini berlokasi di Jl Adi Sucipto, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah, hanya berjarak sekitar 10 menit dari Bandara Adi Soemarmo.

Bagi Anda yang lewat jalur tol, lokasi museum ini dekat dengan gerbang Colomadu, Solo. Kelak akses ke museum ini akan lebih dekat setelah satu gerbang tol di Bandara Adi Soemarmo selesai dibangun.

Bagian luar gedung maupun dalam bangunan masih seperti penampakan aslinya. Maklum konstruksi revitalisasi mengikuti kaidah cagar budaya.

Bangunan ini dulu bernama Pabrik Gula Colomadu, didirikan pada tahun 1861 oleh Mangkunegaran IV. Pada tahun 1928, pabrik ini sempat mengalami renovasi .

Jauh setelah itu, pada 1996, PTPN mengambil alih produksi, meski dua tahun kemudian (1998) pabrik ini tutup. Pada tahun 2017, sinergi beberapa perusahaan BUMN merevitalisasi pabrik lawas ini. PT PP Tbk, PT PP Properti Tbk, PT Taman Wisata Candi Prambanan, Borobudur dan Ratu Boko, dan PT Jasa Marga Properti membentuk joint venture (JV). "Sinergi beberapa perusahaan BUMN dengan nama PT Sinergi Colomadu melaksanakan proyek revitalisasi yang selesai pada tahun 2018," kata George B Ngantung, GM Finance and HC PT Sinergi Colomadu kepada KONTAN, belum lama ini.

Gedung ini menyajikan beberapa fasilitas. Salah satu daya tarik tentu Museum De Tjolomadoe yang baru diresmikan pada Desember 2018. Di museum ini pengunjung mendapat penjelasan mengenai proses produksi gula hingga perdagangannya. Mesin-mesin tua masih berada ada di museum ini. Pengelola sengaja mempertahankan mesin-mesin raksasa produksi gula pada zaman baheula.

Berdiri di atas lahan 6,4 ha, De Tjolomadoe menyediakan ruang meeting, incentive, convention, exhibitions (MICE). Ada juga auditorium untuk menggelar konser musik sampai perayaan pernikahan. Fasilitas ini merupakan area komersial pendukung acara berskala nasional maupun internasional. "Dulu warga hanya tahu tempat ini seram, tapi sekarang sudah berubah menjadi tempat yang menarik," kata George.

Menyusuri Benteng Pendem

Bergeser dari Tjolomadoe, Tim Jelajah Ekonomi KONTAN kemudian menyusuri objek wisata di wilayah Jawa Timur. Mengawali perjalanan dari Hotel Amaris Surakarta, Jawa Tengah, pukul 07:00 WIB, Tim Jelajah menyambangi Benteng Van Den Bosch di Kompleks Angicipi Batalyon Armed 12, Jalan Untung Suropati, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur. Hanya butuh waktu satu jam dari Solo untuk menjangkau Kabupaten Ngawi menggunakan jalur tol Trans Jawa ruas Solo-Ngawi. Butuh waktu 30 menit menuju destinasi, terhitung dari exit toll Ngawi. Benteng ini merupakan salah satu objek wisata yang paling dekat dari gerbang exit toll Ngawi. Benteng Van Den Bosh yang kerap disebut Benteng Pendem menjadi destinasi wisata sejarah di Kabupaten Ngawi.

Benteng Van Den Bosch dibangun pada abad ke-19, tepatnya setelah tentara Hindia Belanda berhasil menguasai Kabupaten Ngawi. Dulu bangunan seluas 165 x 80 meter persegi ini berfungsi sebagai benteng pertahanan tentara Hindia Belanda pimpinan Jenderal Johannes Graaf Van Den Bosch. Benteng ini bisa menampung 250 orang tentara Belanda bersenjatakan bedil, 60 orang kavaleri, serta enam unit meriam api.

Selain menjadi benteng pertahanan, bangunan ini menjadi gerbang utama Kabupaten Ngawi. Setiap penduduk atau tamu yang ingin masuk dan keluar harus melapor dan meninggalkan identitas sebagai jaminan.

Setelah Indonesia merdeka tahun 1945, tentara Hindia Belanda menyerahkan benteng ini kepada tentara Indonesia. Sejak itu, benteng yang menempati lahan seluas 15 ha ini berfungsi sebagai markas sekaligus gudang amunisi Batalyon Artileri Medan (Armed) 12, Kostrad Ngawi. Armed 12 memutuskan meninggalkan benteng kuno dan berpindah ke gedung baru yang dibangun di depan kawasan Benteng.

Di sisi lain, konstruksi bangunan yang masih kokoh berdiri serta jejak sejarah yang ditinggalkan tentara Hindia Belanda mendorong Armed 12 menjadikan lokasi ini sebagai destinasi wisata pada tahun 2013. Kini, Benteng Van Den Bosch menjadi salah satu ikon destinasi wisata sejarah di Ngawi yang wajib dikunjungi.

Agar bisa berkeliling benteng bersejarah ini, para pelancong harus membayar tiket masuk Rp 5.000 per orang. Waktu berkunjung terbatas mulai pukul 07:00 hingga 17:00 WIB.

Sebaiknya pelancong berkunjung pada pagi hari atau sore hari sekitar pukul 15.00 WIB untuk menghindari hawa panas. Para wisatawan juga harus waspada bila ingin menjelajah ke setiap ruangan karena beberapa bagian terlihat rapuh.

Wisatawan yang ingin mendapatkan kisah utuh benteng ini jangan sungkan mampir ke salah satu toko makanan yang ada di dalam benteng. Penjualnya adalah anggota Armed 12 yang bertugas menjaga Benteng.

Monang Setiyo Putro, Kepala Seksi Promosi Wisata Kabupaten Ngawi, Jawa Timur, menjelaskan, pemerintah daerah akan segera merenovasi Benteng Van Den Bosch untuk menarik kunjungan wisatawan. Misalnya, studio foto ala jenderal dan noni Belanda, serta museum mini berisi foto-foto lama aktivitas benteng. Namun belum jelas kapan revitalisasi tersebut bakal berlangsung. Sejak ada ruas tol Trans Jawa, jumlah kunjungan wisatawan ke Benteng Van Den Bosch semakin meningkat. Namun Monang enggan menyebutkan persentase peningkatannya.

Hawa sejuk kebun teh

Masih penasaran menelusuri destinasi wisata melalui tol Trans Jawa, Tim Jelajah Ekonomi KONTAN kembali meneruskan perjalanan. Kali ini, perjalanan dimulai pukul 06:00 WIB dari Hotel Kampi, Surabaya. Menggunakan akses jalan tol Porong-Gempol-Pandaan, Tim Jelajah membutuhkan waktu dua jam untuk sampai ke Kebun Teh Wonosari, Lawang, Malang.

Pagi itu langit begitu pucat dan udara terasa dingin menggigit permukaan kulit. Mobil Pajero Sport yang membawa awak Tim Jelajah Ekonomi KONTAN menerabas kebun dan menjajal medan terjal. Perjalanan terhenti di area pondok peristirahatan petani teh. Sambil menikmati sejuk udara dan pemandangan hijau kebun teh, Tim Jelajah berkesempatan melihat aktivitas petani teh yang sibuk menimbang hasil petik pucuk teh pagi itu.

Selain menawarkan pemandangan alam, wisata agro teh ini juga pas dijadikan tempat wisata keluarga karena terdapat kolam renang, area permainan, dan area olahraga. Untuk masuk kawasan ini, setiap pengunjung terkena tarif tiket masuk Rp 8.000 per orang (weekday) dan Rp 12.000 per orang (weekend). Jam kunjungan mulai pukul 07:00 hingga 17:00 WIB.

Puas menikmati hawa sejuk kebun teh, Tim Jelajah meneruskan perjalanan menuju Desa Wisata Punten, Kecamatan Bumiaji, Batu. Ada wisata agro petik apel yang menjadi ikon Kota Batu, di kebun apel milik Kelompok Tani Makmur Abadi (KTMA).

Perlu dicatat, di lokasi ini setiap pengunjung mesti membayar tiket bertarif Rp 25.000 per orang. Seorang pemandu perjalanan akan mendampingi pengunjung selama menyusuri kebun. Pengunjung juga akan mendapatkan segelas sari apel, serta makan apel sepuasnya di dalam kebun.

David Eko Hermanto, pemandu sekaligus petani apel KTMA menjelaskan, ada dua jenis apel di kebunnya, yakni rome beauty dan manalagi. Sambil menemani berjalan ke kebun, Eko menjelaskan khasiat yang terkandung dalam buah apel. Misalnya, apel jenis rome beauty cocok untuk diet karena memiliki kadar gula rendah. Dia juga menjelaskan cara memetik apel yang benar, yakni tangan kiri memegang ranting tempat buah yang akan dipetik dan tangan kanan memegang buah dan diputar sampai putus.

Seluruh apel di kebun ini siap panen dan aman dikonsumsi karena tidak mengandung pestisida. Eko senang dengan terbukanya akses tol Trans Jawa. Sebab, jumlah kunjungan wisatawan bisa menanjak. "Jumlah wisatawan yang membawa mobil sendiri (dari luar kota) lebih banyak. Total kunjungan naik 30% dari biasanya," kata dia. Setiap bulan, pelancong objek wisata ini mencapai 1.000 hingga 1.500 orang.

Dengan akses tol Trans Jawa, kini para pelancong semakin mudah menembus beragam destinasi wisata. Agaknya, menjelajah aneka objek wisata di tanah Jawa akan menjadi pilihan di masa mendatang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Storytelling with Data (Data to Visual Story) Mastering Corporate Financial Planning & Analysis

[X]
×