kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45913,59   -9,90   -1.07%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Guru besar keuangan UI Budi Frensidy: Kombinasi 3 & 4 bisa jadi pilihan Garuda


Minggu, 30 Mei 2021 / 16:26 WIB
Guru besar keuangan UI Budi Frensidy: Kombinasi 3 & 4 bisa jadi pilihan Garuda
ILUSTRASI. Budi Frensidy (Dosen Akuntansi UI, Penasihat Investasi, dan Pengamat Pasar Modal) sebut opsi penyelamatan Garuda Indonesia bisa mengombinasikan opsi 3 dan 4. Foto: DOK PRIBADI


Reporter: Titis Nurdiana | Editor: Titis Nurdiana

KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) menyiapkan empat opsi dalam upaya menyelesaikan masalah yang membelit maskapai penerbangan milik negara: PT Garuda Indonesia Tbk (Garuda).

Empat opsi tersebut adalah: 

Satu, pemerintah akan terus mendukung Garuda melalui pemberian pinjaman atau suntikan ekuitas. Opsi ini dilakukan seperti Singapore Airlines, Chatay Pasific serta Air China. 
Opsi ini  berpotensi meninggalkan Garuda dengan utang warisan yang besar yang akan membuat situasi yang menantang pada masa depan. 

Kedua, menggunakan hukum perlindungan kebangkrutan dalam merestrukturisasi Garuda Indonesia. Dengan pilihan ini, Garuda akan menggunakan legal bankruptcy process untuk merestrukturisasi kewajiban seperti utang, sewa dan kontrak kerja.

Baca Juga: Menimbang untung rugi empat opsi penyelamatan Garuda (GIAA), mana pilihan terbaik?

Dalam opsi ini, bisa digunakan instrumen US Chapter 11 yang merupakan Undang-Undang Kepailitan Amerika Serikat, maupun yurisdiksi kepailitan negara lain. Selain itu, pemerintah juga akan mempertimbangkan opsi pengajuan penundaan kewajiban pembayaran utang (PKPU).

Opsi ketiga, merestrukturisasi Garuda dan mendirikan perusahaan maskapai nasional baru.

Untuk opsi ini, Garuda dibiarkan melakukan restrukturisasi. Pada saat bersamaan, mulai mendirikan perusahaan maskapai penerbangan domestik baru yang akan mengambil alih sebagian besar rute domestik Garuda dan menjadi national carrier di pasar domestik.

Jika ini menjadi pilihan, eksplorasi lebih lanjut atas opsi adalaj Indonesia tetap memiliki national flag carrier namun opsi ini membutuhkan modal US$ 1,2 miliar.

Keempat, Garuda  dilikuidasi dan sektor swasta dibiarkan mengisi kekosongan. 

Dalam opsi ini, pemerintah mendorong sektor swasta untuk meningkatkan layanan udara, misalnya dengan pajak bandara atau subsidi rute yang lebih rendah. Jika opsi ini dipakai, Indonesia tidak lagi memiliki national flag carrier.

Prof. Dr. Budi Frensidy, Guru Besar Keuangan dan Pasar Modal FEB Universitas Indonesia kepada KONTAN, Minggu (30/5) mengatakan, pemerintah bisa mengambil kombinasi opsi 3 dan 4 sebagai pilihan. 

Baca Juga: 4 Opsi penyelamatan Garuda, ada restrukturisasi hingga mendirikan maskapai baru

Menurutnya, opsi mendukung Garuda dengan memberikan pinjaman sulit dilakukan saat sekarang. ”Dengan kondisi sekarang, dikasih duit triliunan pun permasalahan Garuda tidak akan selesai,” tandas Budi.

Garuda juga sulit melakukan merestrukturisasi internal. Jika karyawan dan serikat pekerja menolak opsi yang ada, mereka bisa melakulan demo setiap hari. Kondisi ini akan tambah menyulitkan Garuda. 

Menurut Budi, kombinasi opsi 3 dan 4 bisa dilakukan Garuda. Garuda masih bisa melakukab restrukturisasi utang. Apalagi, “Saat ini lessor banyak yg sdh mencadangkan write off atas masalah yang dihadapi maskapai,” ujarnya.

Seiring upaya restrukturisasi, Garuda bisa mendirikan entitas baru, “Nanti bisa beli pesawat lagi dengan harga murah. Kalau perlu, minta swasta dulu yang membeli sebagai fire sale price,” ujarnya.

Kata Budi, opsi ketiga diam diam juga sudah dipakai Lion Air yang mendirikan Super Air Jet.  

Sebagai perusahaan baru, Garuda bisa menggunakan nama lain. “Swasta bisa menjalankan perusahaan baru secara efisien,” ujarnya.
Bisnis penerbangan masih menjanjikan peluang, jika pandemi Covid-19 selesai. 

“Ada opportunity kalo covid selesai karena ada bisnis umrah, naik haji dan banyak lagi. New company semisal, bisa dikasih monopoli konsesi lima tahun  dan bisa pula di kontrakan ke airline lain sehingga perusagaan baru ini bisa mendapat margin commission,” ujarnya.

Kata Budi, pada dasarnya, “Investor tidak peduli siapa pemegang sahamnya, yang penting brand-nya jangan dijual,” tandas Budi.

Meski begitu, Budi juga memberikan warning atas keputusan pemerintah jika kelak memutuskan opsi pilihan yakni menyangkut industri lain, misal perbankan yang memiliki tagihan ke Garuda, baik bank BUMN maupun swasta. “Ini harus diperhatian betul, agar dampaknya tak mengerikan ke sektor keuangan,” ujarnya.

Apalagi, perbankan dan multifinance kini tengah menanggung restrukturisasi kredit bermasalah akibat covid-19 yang relaksasinya diperpanjang. 

Sekadar mengingatkan, total utang Garuda pada kuartal III mencapai  US$10,36 miliar atau sebesar Rp 148,15 triliun dengan kurs Rp 14.300 per saham.

Kewajiban ini terdiri dari liabilitas jangka panjang senilai US$5,65 miliar (Rp 79,51 triliun) dan jangka pendek senilai US$ 4,69 miliar atau Rp 67,07 triliun dengan patokan kurs yang sama.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×