kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.095.000   21.000   1,01%
  • USD/IDR 16.492   -7,00   -0,04%
  • IDX 7.772   73,07   0,95%
  • KOMPAS100 1.088   11,75   1,09%
  • LQ45 799   16,69   2,13%
  • ISSI 264   -0,31   -0,12%
  • IDX30 414   8,07   1,99%
  • IDXHIDIV20 480   8,40   1,78%
  • IDX80 121   1,98   1,66%
  • IDXV30 132   2,58   2,00%
  • IDXQ30 134   2,20   1,67%

Hadapi Krisis Gula, Indonesia Andalkan Impor


Selasa, 08 Desember 2009 / 22:22 WIB
Hadapi Krisis Gula, Indonesia Andalkan Impor


Reporter: Nadia Citra Surya | Editor: Djumyati P.

JAKARTA. Khawatir tidak sanggup menanggung kebutuhan pasokan gula pada semester pertama 2010 nanti, pemerintah akhirnya memutuskan untuk mengimpor gula kristal putih untuk menutup kekurangan. Meski negara yang akan menjadi sumber impor belum ditentukan, namun sedikitnya 500.000 ton gula bakal didatangkan mulai 1 Januari hingga 15 April 2010.

Keputusan tersebut merupakan hasil Rapat Koordinasi Terbatas (Rakortas) Tingkat Menteri Bidang Perekonomian yang telah diselenggarakan pada tanggal 24 November 2009. Dalam pertemuan tersebut dibahas persoalan kekurangan stok yang disebabkan karena hingga akhir November 2009 ini, masa giling tebu di seluruh pabrik gula (baik milik PTPN/RNI maupun swasta) sudah berakhir.

Soalnya itu produksi gula kristal putih nasional selama 2009 yang semula diprediksi bakal mencapai 2,9 juta ton ternyata meleset dari perkiraan dan hanya menghasilkan 2,6 juta ton. Artinya ada kekurangan pasokan sekitar 300.000 ribu ton. "Penurunan produksi ini juga dialami negara-negara di India dan Brazil," kata Robert James Bintaryo Kepala Pusat Humas Departemen Perdagangan Selasa (8/12).

Sementara itu Impor gula mentah yang diberikan kepada produsen sebesar 183.000 ton sampai akhir November 2009 tidak dapat direalisasi seluruhnya. "Padahal akhir November 2009 ini, masa giling tebu di seluruh pabrik gula juga sudah berakhir," imbuh Robert.

Senior Advisor Dewan Gula Nasional Colosewoko mengungkapkan bahwa defisit produksi tersebut adalah perhitungan dari Departemen Pertanian. Sementara Departemen Perindustrian dan Departemen Perdagangan beranggapan bahwa tambahan pasokan yang dibutuhkan berada di kisaran 500.000 ton. "Soalnya ada sebagian pasokan gula yang sudah keluar dari pabrik, namun masih tertahan di pedagang," terang Colosewoko.

Colosewoko mengatakan bahwa krisis pasokan gula memang terjadi hampir di seluruh belahan dunia. "Brazil dan Australia sudah tidak lagi bisa diandalkan saat ini karena adanya penurunan produktivitas," ujarnya. Ia memperkirakan pasokan impor yang bisa diharapkan hanyalah dari Thailand.

Hanya saja, karena masing-masing spesifikasi gula yang dibutuhkan di setiap negara berbeda-beda maka pesanan impor menurut Colosewoko memang sebaiknya dilakukan jauh-jauh hari. "Apalagi kekurangan pasokan terjadi secara global," tandas Colosewoko

Colosewoko menambahkan jika kebutuhan dalam negeri tidak segera diamankan maka harga gula di tingkat eceran yang kini berada di kisaran Rp 9.000 per kilogram bisa terus melejit naik. "Jika stok aman, mudah-mudahan harga bisa kembali Rp 8.000 per kilogram," ujarnya.

Berdasarkan keputusan Rakortas Menko Perekonomian, Departemen Perdagangan memberikan penugasan izin impor kepada PT. PPI dan Perum Bulog, dengan rincian PTPN IX sebanyak 81.000 ton, PTPN X 94.500 ton, PTPN XI 103.500 ton, PT. RNI 85.500 ton, PT. PPI 85.500 ton dan Perum Bulog 50.000 ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×