kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Harga anjlok, peternak unggas menjerit


Jumat, 31 Maret 2017 / 16:56 WIB
Harga anjlok, peternak unggas menjerit


Reporter: Noverius Laoli | Editor: Rizki Caturini

JAKARTA. Para peternak unggas dan telur ayam mengklaim telah menderita kerugian sebesar Rp 2,8 triliun hanya dalam dua bulan terakhir akibat jatuhnya harga daging ayam dan telur ayam. Itu terdiri dari kerugian yang diderita peternak ayam broiler atau pedaging sebesar Rp 1,2 triliun dan peternak ayam layer atau petelur sebesar Rp 1,6 triliun. Bila solusi dari pemerintah belum juga mampu menekan penurunan harga ayam maka dalam satu dua bulan ke depan banyak peternak lokal yang gulung tikar alias bangkrut.

Ketua Perhimpunan Peternak Rakyat dan Perunggasan Nasional (PPRPN) Rofi Yasifun mengatakan, peternak rakyat merupakan aset negara dalam memproduksi protein hewani. Peternak rakyat juga menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang besar. Namun bila bisnis peternak rakyat terus mengalami gonjang-ganjing akibat harga yang anjlok, maka peternak unggas rakyat akan bangkrut.

"Semua solusi yang ditawarkan pemerintah belum mampu membuat bisnis peternak lebih baik, malah jumlah peternak rakyat yang merugi terus bertambah," ujarnya, Jumat (31/3).

Ia menjelaskan, sebenarnya bisnis peternakan unggas rakyat telah mulai terpuruk sejak tahun 2013 karena kelebihan pasokan. Sementara regulasi yang diklaim pemerintah telah disusun untuk menyelamatkan usaha peternakan unggas rakyat tidak jalan. Sehingga upaya tersebut tidak memiliki dampak positif bagi peternak.

Di sisi lain, kebijakan Kementerian Pertanian (Kemtan) menyetop impor jagung dan mengklaim pasokan jagung dalam negeri berlimbah, tak diikuti dengan harga yang landai. Padahal Kementerian Perdagangan (Kemdag) telah menetapkan harga acuan jagung untuk pakan rakyat Rp 3.150 per kilogram (kg). Namun meskipun saat ini sudah memasuki panen raya, tapi harga jagung tetap saja tinggi yakni Rp 4.200 - Rp 4.300 per kg.

Ketua Gabungan Organisasi Peternak Ayam Nasional (Gopan) Herry Dermawan menambahkan, akibat harga jagung yang tinggi, saat ini kalangan peternak unggas mengalami kesulitan memperoleh harga jagung dengan harga terjangkau untuk bahan baku pakan ayam. Ia menyayangkan kebijakan Kemtan yang ingin mengekspor jagung tapi tidak mampu memenuhi kebutuhan jagung lokal sesuai harga acuan yang ditetapkan Kemdag.

Saat ini, harga ayam hidup di pasaran hanya Rp11.000 per kg. Sedangkan modal yang dikeluarkan peternak sebesar Rp18.000 per kg sehingga kerugian yang ditanggung sebesar Rp7.000 per kg.

Terkait hal itu, kalangan peternakan rakyat mengajukan sejumlah tuntutan kepada pemerintah antara lain menaikkan harga jual ayam hidup dan telur di atas Harga Pokok Produksi (HPP) peternak. Kemudian memberikan subsidi pakan ternak unggas dan sementara waktu tidak mengeluarkan izin GPS (grand parent stock) sampai situasi kondusif bagi perbaikan peternakan rakyat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×