Reporter: Amalia Nur Fitri | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emiten properti PT Intiland Development Tbk (DILD) mengatakan pihaknya masih terus mengevaluasi dampak dan efek dari koreksi rupiah dan juga kenaikan harga bahan bangunan.
Direktur DILD Archied Noto Pradono menyampaikan evaluasi ini nantinya juga akan mengarah pada penyesuaian harga produk ke depannya.
"Kami masih belum tahu, masih kita evaluasi dan melihat market. Kita lihat dalam 3 bulan ini, karena kesediaan material masih tergantung demand-supply dan stock supplier yang ada," ujarnya saat dihubungi oleh Kontan, Senin (10/10).
Ia juga menyampaikan biasanya adjustment yang dilakukan pun biasanya perlahan. DILD mengatakan, pihaknya belum berpikir untuk menerapkan strategi penyesuaian harga sebab DILD menilai kenaikan harga bangunan ini terjadi murni karena inflasi.
Baca Juga: Harum Energy (HRUM) Dapat Fasilitas Kredit Revolving hingga US$ 390 Juta
Archied menambahkan, saat ini pihaknya masih terus berhitung dan mempersiapkan cadangan dari RAB pelaksanaan proyek. Ia menilai memang saat ini harga bahan bangunan masih belum stabil.
"Mengenai target, sementara kita belum ada perubahan karena sudah tinggal 3 bulan, tapi kita coba kejar penjualan terutama untuk unit-unit ready stock yang harga belum ada kenaikan bisa menarik buat konsumen untuk peluang mengejar target kami," ujarnya.
Di semester II ini DILD masih akan meluncurkan kluster-kluster baru dari proyek eksisting seperti di Serenia Hills, Graha Natura, dan Amnesta Living.
Sebagai informasi, pada semester pertama 2022, DILD membukukan pendapatan usaha sebesar Rp 960,4 miliar. Jumlah itu turun 14,13% dibanding periode yang sama tahun lalu yang sebesar Rp 1,11 triliun. Di sisi lain, rugi bersih emiten properti ini melonjak menjadi Rp 162,92 miliar di semester pertama 2022. Pada semester I 2021, rugi DILD sebesar Rp 23,13 miliar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News