kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Harga Batubara Acuan terus turun, ini yang dilakukan emiten batubara


Kamis, 03 September 2020 / 11:00 WIB
Harga Batubara Acuan terus turun, ini yang dilakukan emiten batubara


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga Batubara Acuan (HBA) bulan September dipatok US$ 49,42 per ton. Selain melanjutkan tren penurunan dalam enam bulan terakhir, HBA bulan ini sudah terperosok di bawah US$ 50 per ton dan menyentuh level terendah sejak 2016. 

Kondisi pasar yang kelebihan pasokan (oversupply) diperparah dengan melemahnya permintaan (demand) akibat terhantam pandemi covid-19. Sejumlah emiten pun memasang strategi efisiensi untuk melakukan mitigasi. Hal ini bahkan dilakukan oleh produsen batubara berskala jumbo seperti PT Adaro Energy Tbk (ADRO).

Baca Juga: Rata-rata harga jual emiten batubara turun, ini rekomendasi analis

Head of Corporate Communications Adaro Energy, Febriati Nadira mengatakan, fluktuasi harga batubara berada di luar kendali perusahaan. Oleh sebab itu, katanya, ADRO fokus terhadap upata peningkatan keunggulan operasional serta pengendalian biaya dan efisiensi.

Hal tersebut dilakukan untuk mempertahankan kinerja agar tetap solid. "Adaro memiliki model bisnis yang terintegrasi dan efisien dan telah terbukti sukses dalam menghadapi siklus batubara," ungkapnya kepada Kontan.co.id, Rabu (2/9).

Nadira menyebut, pihaknya meyakini bahwa pilar-pilar bisnis non-batubara akan terus memberikan kontribusi yang stabil kepada ADRO serta menjadi penyeimbang volatilitas batubara. "Selain itu salah satu strategi kami yaitu mendiversifikasi bisnis mining dengan masuk ke bisnis coking coal," sebutnya.

Mempertimbangkan kondisi pasar batubara yang sedang tidak kondusif, ADRO pun merevisi panduan tahun 2020 dengan memangkas produksi menjadi 52 juta ton-54 juta ton, operasional EBITDA US$ 600 juta-US$ 800 juta, belanja modal US$ 200 juta-US$ 250 juta.

Di awal tahun, ADRO menargetkan produksi di angka 54 juta ton - 58 juta ton. Sedangkan untuk EBITDA operasional direncanakan sebesar US$ 900 juta - US$ 1,2 miliar. Sedangkan untuk belanja modal dianggarkan dalam rentang US$ 300 juta - US$ 400 juta.

Baca Juga: HBA terperosok ke bawah US$ 50 per ton, ini kata industri batubara

Dihubungi terpisah, Direktur PT ABM Investama Tbk (ABMM) Adrian Erlangga menyampaikan bahwa harga batubara saat ini sangat dipengaruhi oleh anjloknya demand yang disebabkan oleh koreksi ekonomi akibat pandemi covid-19. Sehingga, penanganan covid-19 dan pemulihan ekonomi akan sangat menentukan pergerakan pasar dan harga batubara. "Jadi index akan kembali pada saat ekonomi mulai normal, diharapkan di akhir tahun setelah vaksin bisa efektif," ungkap Adrian.

Di tengah tekanan saat ini, ABMM pun menjalankan strategi efisiensi. "Strategi kami tetap, memperbaiki operasi untuk menurunkan cost agar bisa bertahan," tegas Adrian.

Mengutip pemberitaan Kontan.co.id sebelumnya, ABMM pun telah memangkas target produksi batubara di tahun ini. Penurunan produksi direncanakan mencapai 2,8 juta ton atau 19% dari target dalam Rencana Kerja dan Anggaran Biaya (RKAB) tahun 2020 yang sebesar 15 juta ton.

Pengencangan ikat pinggang tak hanya dilakukan oleh produsen dan emiten batubara swasta.  Emiten pertambangan batubara plat merah, PT Bukit Asam Tbk (PTBA) juga melakukan hal yang sama.

Baca Juga: Ini penyebab produksi emiten batubara lebih efisien

Sekretaris Perusahaan PTBA Apollonius Andwie mengatakan, dalam situasi pandemi yang terus berlanjut, harga batubara menjadi semakin sulit diprediksi dan dikendalikan. Alhasil, strategi efisiensi menjadi pilihan yang tak terhindarkan.

"Upaya perseroan adalah terus melakukan efisiensi dengan menerapkan operational excellence di seluruh rantai bisnis untuk menghasilkan kinerja yang optimal," katanya.

PTBA pun telah memangkas target produksi dan penjualan batubara di tahun ini. PTBA menargetkan mampu menjual 24,9 juta ton batubara, turun dari target sebelumnya yang mencapai 29,9 juta ton. Sementara dari sisi produksi batubara, PTBA menargetkan volume produksi hingga akhir tahun 2020 menjadi sebesar 25,1 juta ton, turun dari target produksi sebelumnya sebesar 30,3 juta ton.

Sementara itu, Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI) Hendra Sinadia mengatakan, level harga saat ini masuk yang terendah sejak tahun 2016. Kondisi ini sangat memberatkan sebagian produsen batubara yang bahkan harga jual Free on Board (FOB) sudah di bawah ongkos produksi.

Baca Juga: Harga batubara acuan (HBA) September kembali anjlok, dipatok US$ 49,42 per ton

"Iya benar, ini level harga terendah sejak 2016. Intinya, dengan harga di level ini, lebih dari separuh batubara yang diproduksi sudah di bawah ongkos produksi," terang Hendra.

Kendati begitu, perusahaan-perusahaan yang sudah memiliki kontrak jangka panjang tentu harus tetap memproduksi dan mengirimkan batubara sesuai kontrak. "Namun bagi kontrak spot itu tergantung dari perusahaan masing-masing," pungkas Hendra.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×