Reporter: Azis Husaini, Pratama Guitarra | Editor: Dupla Kartini
JAKARTA. Harga batubara acuan (HBA) turun 3,37%. Dari US$ 86,23 per ton pada Januari 2017 menjadi US$ 83,32 per ton Februari 2017. Penyebabnya, produksi batubara China sudah normal.
Dengan membaiknya produksi Tiongkok, impor batubara ke sana bisa berkurang. Selain China, India juga menekan jumlah impor batubara seiring meningkatnya ketersediaan atau stok batubara.
Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik dan Kerjasama Kementerian ESDM Sujatmiko mengatakan, penurunan HBA dipengaruhi oleh faktor eksternal. "Produksi China sudah normal, sementara stok batubara India meningkat sejak Januari 2017 sampai kemarin sebesar 6,8%," katanya kepada KONTAN, Selasa (7/2).
Meski turun, HBA Januari dan Februari 2017 masih lebih tinggi dibanding Januari 2016 yang hanya US$ 53,2 per ton dan Februari 2016 sebesar US$ 50,92 per ton. Harga batubara mulai menguat sejak September 2016, di angka US$ 63,93 per ton dan menembus US$ 100 per ton di akhir tahun 2016.
Sekretaris Perusahaan PT Bukit Asam (PTBA) Adib Ubaidillah mengatakan, perusahaannya tidak terpengaruh keputusan di China dan India. Maklum, PTBA memiliki kontrak jangka panjang pada Januari lalu. "Begitu juga penjualan batubara bulan ini tidak terganggu penurunan HBA. Harga sudah disepakati bulan sebelumnya," ujarnya, ke KONTAN, Selasa (7/2).
Target produksi PTBA tahun ini 27 juta ton. Jumlah itu naik dibandingkan tahun lalu yang sebanyak 25 juta ton.
Head of Corporate Secretary and Investor Relation PT Adaro Energy Tbk Mahardika Putranto mengatakan, Adaro tidak terpengaruh keputusan China maupun India. Adaro memilih mempertahankan strategi, yakni kontrak-kontrak jangka panjang.
"Ke depan permintaan akan signifikan, bukan cuma di Indonesia, tapi juga Asia Tenggara," terang Mahardika. Target produksi Adaro tahun ini antara 52 juta - 54 juta ton. Sedangkan realisasi produksi tahun lalu 52,64 juta ton.
Ketua Indonesia Mining Institute (IMI) Irwandy Arif mengatakan kisaran HBA tahun ini kemungkinan besar memang di atas tahun lalu. Setidaknya, tidak akan di bawah US$ 60 per ton. "Harga batubara acuan menurut perkiraan IMI akan antara US$ 61 per ton hingga US$ 81 per ton di satu sampai tiga tahun yang akan datang," katanya, kepada KONTAN, Selasa (7/1).
Kisaran harga tersebut sesuai regulated price di China, pengguna sekaligus produsen batubara utama di dunia. "Secara umum masih pada level positif," terangnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News