kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Harga batubara naik, GTBO siap menambang lagi


Selasa, 18 Oktober 2016 / 10:18 WIB
Harga batubara naik, GTBO siap menambang lagi


Reporter: Andy Dwijayanto | Editor: Adi Wikanto

Jakarta. PT Garda Tujuh Buana Tbk pada bulan ini mulai berproduksi batubara lagi, hal ini dilakukan setelah mencermati mulai meningkatnya harga batubara yang mencapai level US$ 70 per ton.

Sebelumnya, emiten berkode GTBO tersebut sudah menyetop produksi batubara mereka di Pulau Bunyu, Bulungan, Kalimantan Timur sejak 2015 lalu lantaran harga jual tak lagi bisa menutup ongkos produksi. Padahal izin tambang batubara kualitas 5.100 kilo kalori per kilogram (kkal/kg) konsesinya baru berakhir pada tahun 2021 mendatang.

Menurut Pardheep Dhir, Komisaris GTBO, dengan perkembangan harga batubara akhir-akhir ini, GTBO kembali memproduksi batubara sejak Oktober. Untuk dua bulan sisa tahun ini telah mengantongi kontrak pengiriman batubara ke India dan China.

Dalam dua tiga bulan ini mereka menargetkan produksi 400.000 ton. Lalu tahun depan bila memang harga dan permintaan masih bagus dirinya bakal menggenjot produksinya.

"Sisa tahun ini mungkin 80% kami akan kirim ke India dan sisanya ke China, karena memang tahun ini paling hanya produksi 300.000 ton hingga 400.000 ton batubara saja," ujarnya kepada KONTAN, Senin (17/10).

Pada Oktober ini GTBO mulai melakukan penambangan, untuk pengiriman yang dilakukan pada bulan November 2016 mendatang.

Saat ini seluruh produksi GTBO akan difokuskan untuk pasar ekspor, sebab pasar domestik masih dianggap belum banyak permintaan, kendati beberapa  PLTU yang dibangun mulai beroperasi.

Pardheep menilai kebutuhan batubara domestik masih sangat kecil dibandingkan produksi. Karenanya, GTBO masih fokus menggarap pasar utama di India dan China.

Perusahaan ini juga berniat masuk pasar Jepang dan Korea Selatan jika nanti sudah punya batubara dengan kualitas kalori tinggi. Adapun opsi tersebut bisa dilakukan manakala GTBO berhasil melakukan akuisisi tambang baru.

Pardheep bilang, akuisisi tambang itu baru bisa dilakukan, jika permintaan batubara sudah stabil. Perlu diketahui, saat ini tambang batubara di Pulau Bunyu memiliki cadangan mencapai 72,8 juta ton batubara. Pada saat harga US$ 44 per ton, GTBO hanya memproduksi 250.000 ton.

Setelah harga membaik, manajemen GTBO akan meningkatkan produksi secara bertahap hingga tahun depan. Baru setelah kapasitas produksi maksimal dan ternyata banyak kebutuhan, maka opsi mengakuisisi tambang akan terbuka lagi. Artinya opsi akuisisi itu baru bisa terlihat pada tahun depan.

Selain berkutat di bisnis tambang batubara, perusahaan ini juga tengah mengkaji peruntungan untuk masuk bisnis tambang non batubara, misalnya mineral emas. Pardheep mengklaim saat tengah menjajaki tambang emas di Sudan, Afrika Utara.

Namun, bagaimana detil bisnis non tambang batubara ini saat ini masih menjadi tanda tanya. Jangankan berapa besar kapasitas produksinya, soal nama dan lokasi tambang yang tengah mereka kaji pun hingga kini masih sebatas tanda tanya.
 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×